Logo

Liputan: Kuliah Umum MK. Hama Gudang dan Permukiman (PTN 311) 2019

Pengelolaan Hama Gudang dan Permukiman menjadi permasalan setiap saat. Selama masih ada aktifitas manusia, hama tersebut juga ada berada di sekitarnya. Departemen Proteksi Tanaman, mempunyai mata kuliah yang cukup banyak terkait hama dan penyakit tanaman, salah satunya yaitu MK Hama Gudang dan Permukiman (PTN 311). Hampir setiap tahun, mata kuliah ini selalu mengundang narasumber dari perusahaan untuk memberikan materi pembekalan kepada para mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut. Pada kesempatan ini, Kuliah Umum diselenggarakan pada hari Rabu, 20 Nopember 2019 dengan narasumber Radhy Alfitra, SP. Pak Radhy merupakan salah satu lulusan PTN 44 yang sekarang bekerja di PT Etos Indonusa sebagai Chief Operating Officer Jawa Barat Sumatera. Tema kuliah umum yang dibawakan yaitu tentang “Operasional Pelaksanaan Jasa Pest Control dan Upaya dalam Membangun Karier di Perusahaan Pest Control”. Mata Kuliah ini di-ampu oleh Dr. Idham Sakti Harahap, Dr. Swastiko Priyambodo, Lia Nurulalia, MSi, dan Nadzirum Mubin, MSI dengan peserta yang hadir mahasiswa Proteksi Tanaman Angkatan 54 sebanyak 92 orang.

Keberadaan perusahaan pest control berawal dari adanya keresahan masyarakat terkait kesehatan, kerusakan pada furniture, gangguan lingkungan, infestasi pada makanan, dan sebagainya, tutur Radhy.

Radhy juga menambahkan, keresahan masyarakat yang hampir setiap tahun dialami adalah adanya serangan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti atau Ae. albopictus dan itu menjadi permasalahan serius yang sangat perlu dibereskan. Tidak hanya nyamuk penyebab DBD, nyamuk rumah dengan jenis Culex sp. juga dapat menjadi penular penyakit kaki gajah, chikungunya dll. Sehingga hal tersebut perlu adanya pengelolaan dan penganganan yang serius.

Permasalahan lainnya yang sering dialami yaitu ada kerusakan pada perumahan dan furniture di perkotaan. Perumahan dan furniture sekarang banyak yang serba instan artinya banyak yang sudah menjadi barang jadi dalam waktu yang relatif singkat tanpa melihat keamanan dari serangan hama pengganggu seperti rayap. Rumah yang sekarang dibangun dalam waktu singkat membuat orang jarang berpikir untuk berinfestasi dalam pengelolaan terhadap serangan hama, padahal ketika adanya serangan hama seperti rayap dapat menyebabkan infestasi awal yang cukup besar tersebut dapat hilang dalam waktu yang cukup singkat akibat serangan rayap.

 

Pengelolaan hama bangunan seperti rayap perlu memerhatikan aspek lingkungan. Karena sekarang aspek lingkungan juga menjadi konsen serius oleh para penerima jasa pest control. Pengelolaan hama bangunan seperti rayap dahulu menggunakan sistem pre- dan post construction yaitu dengan cara menginjeksikan cairan termitisida ke dalam lantai untuk memberikan penghalang/barrier akan kehadiran rayap. Pemberian penghalang tersebut dapat dilakukan sebelum maupun setelah bangunan didirikan. PT Etos memberikan inovasi terbaru yaitu tidak harus mengebor nat (celah diantara lantai keramik) karena dapat merusak lantai tapi menggunakan sistem melumuri lantai dengan cairan termisida. Karena bahwasanya cairan pestisida tersebut dapat masuk ke dalam pori-pori dari lantai tersebut tanpa harus merusak nat/celah lantai. Selain itu, pengendalian rayap yang umum digunakan adalah menggunakan umpan/bait, tapi Radhy mengatakan bahwa rumah merupakan umpan berupa seluloa yang lebih melimpah jika dibandingkan dengan umpan yang hanya dipasang satu atau lima sekalipun itu tidak signifikan mampu menarik rayap untuk datang. Radhy mengatakan, perusahaannya menawarkan Smart System lainnya yaitu dengan memasang termisida tipe kontak dengan mode of action yang ralatif lama sehingga diharapkan dari perilaku rayap yang ada seperti trofalaksis, rayap pekerja akan memberikan pakan dan bergesekan secara tidak langsung dengan anggota koloni yang lain hingga sampai ke ratunya juga. Ratu rayap sangat potensial dalam menghasilkan telur. Ratu mampu bertelur hampir 50ribu per hari, sehingga jika ratu tersebut dapat dikendalikan maka populasi akan tereliminasi nantinya.

Gangguan lingkungan, yang menjadi permasalahan yaitu serangan serangga terbang seperti nyamuk dan lalat. Tempat sampat dan wadah-wadah berisi air yang tersembunyi menjadi sumber utama keberadaan mereka dalam berkembang biak. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan treatment pada sumbernya yaitu TPS (tempat pembuangan sampah). Sebaiknya TPS diletakkan diletakkan minimal 15 meter dari lokasi gedung, ditutup dan ditata dengan rapi. Selain itu, penggunaan lampu juga dapat dilakukan. Sekarang banyak teknologi yang dikembangkan seperti lampu bertipe invisible light. Dulu, lampu dapat berfungsi menarik serangga untuk datang mendekat, tapi dengan teknologi invisible light tersebut serangga tidak mampu mengenali gelombang cahaya yang dihasilkan sehingga lampu tetap bersinar terang tetapi serangga hama tidak tertarik dengan cahaya tersebut.

Permasalahan lainnya yaitu adanya serangan kecoa di rumah, rumah makan, dapur dll. Telur kecoa atau biasa disebut ooteca berisikan kelompok telur mempunyai fakta menarik bahwa ooteca dari kecoa German Cockroach (Blatella germanica) berisi hampir 20 nimfa di dalamnya. Isi ooteca kecoa Jerman tersebut lebih banyak dibandingkan kecoa amerika (Periplaneta americana) yang hanya 12-16. Fakta lain disebutkan oleh Radhy bahwa telur kecoa tidak mampu dikendalikan dengan pestisida sintetik manapun, dan itu menjadi kuasa Illahi, tambah Radhy. Hal tersebut disebabkan karena kecoa merupakan hewan purba yang hidup 200 tahun yang lalu bersamaan dengan dinasaurus tetapi kecoa tidak mengalami evolusi yang signifikan. Karena termasuk hewan purba, kecoa mempunyai keunikan yaitu telurnya yang keras dan tidak mampu ditembus oleh jenis pestisida manapun.

Hama pengganggu tidak dapat dimusnahkan tapi yang dapat dilakukan yaitu melakukan pengelolaan. Dalam tahapan pengelolaan hama, ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan yaitu survei, identifikasi, rekomendasi, treatment, dan evaluasi. Lulusan Proteksi Tanaman mempunyai keunggulan dalam idenfikasi hama baik tikus maupun hama gudang dan permukiman. Dulu secara konvensional, porsi Treatment atau penyemprotan menggunakan pestisida itu menjadi yang utama. Tapi sekarang, porsi yang paling besar adalah monitoring dan evaluation. Pengelolaan yang dilakukan juga perlu melihat estetika lanskap. Pemotongan dahan atau tanaman yang menempel atau terlalu dekat dengan gedung perlu dipangkas, karena pohon atau dahan tersebut menjadi resting area atau area singgah dari lalat atau serangga lainnya. Bahkan dahan yang menjuntai ke gedung dapat menjadi perantara tikus untuk melompat ke dalam gedung. Selain pohon dan dahan, kabel juga dapat menjadi perantara. Di beberapa pabrik yang sudah menjadi mitra pest control sudah menerapkan pengelolaan kabel yang ditanam di bawah tanah untuk mengurangi adanya entry point untuk tikus maupun serangga hama lainnya.

Pada sesi terakhir, Pak Radhy menuturkan bahwa semua pestisida yang digunakan sama, tapi yang membedakan perusahaan pest control satu dengan yang lainnya adalah Man Behind the Gun yaitu siapa dibalik senjata yang digunakan. Radhy juga menambahkan, peranan perusahaan pest control hanya 10%, sisanya adalah partisipasi aktif dari klien. Karena setiap harinya klien-lah yang selalu beraktivitas dan dapat melakukan pengelolaan yang menjadi sumber makanan atau sumber sarang untuk berkembang biak dari hama gudang maupun permukiman.

PDF Download