Logo

Kuliah Umum Pengelolaan Hama Gudang dan Permukiman 2020

Kuliah Umum dengan narasumber Iman Nurrohman, SP (PT Rentokil Initial Indonesia) dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 Desember 2020 dengan tema “Pengelolaan Hama Gudang dan Permukiman”. Kuliah umum ini diselenggarakan secara virtual oleh Departemen Proteksi Tanaman melalui MK Hama Gudang dan Permukiman (PTN 311) dengan dosen pengajar Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi, Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, MSi, Lia Nurulalia, SP., MSi, serta Nadzirum Mubin, SP., MSi

Rentokil Indonesia telah beroperasi sejak tahun 1969 yang memiliki lebih dari 1500 karyawan, 60 cabang layanan di seluruh Indonesia. Rentokil merupakan suatu organisasi dengan Cakupan Nasional. Rentokil Indonesia berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik oleh tim ahli terbesar yang berdedikasi tinggi untuk mengelola pengendalian hama di tempat.

Pengelolaan hama terpadu (Integrated Pest Management/IPM), merupakan proses pengambilan keputusan untuk mengantisipasi dan mencegah aktivitas hama dan infestasinya dengan mengkombinasikan beberapa strategi untuk memperoleh pemecahan dalam pengontrolan hama dalam jangka panjang. IPM lebih bersifat pencegahan dibandingkan pembasmian hama. Tindakan-tindakan preventif dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan jalan masuk hama yang potensial. Hama yang umum dijumpai menyerang baik di Gudang penyimpanan maupun di Kawasan permukiman. Ada isitilah common pest dan ada juga istilah uncommon pest. Common pest yaitu hewan yang secara umum oleh masyarakat dikategorikan sebagai hama contohnya tikus, lalat, nyamuk, kecoa, semut dll. Sedangkan uncommon pest yaitu hanya sebagain saja yang mengkategorikan sebagai hama contohnya hama gudang, kucing, burung, kelelawar, ular dll.

Contoh fakta mengenai lalat yaitu adanya risiko kontaminasi. Serangga terbang seperti lalat rumah Musca domestica, lalat buah Drosophila dan lalat limbah Psychodidae mempunyai persentase yang tinggi dalam menyebarkan bakteri dari tubuhnya pada saat mengeluarkan feces dan muntahan yang dapat menyebabkan kontaminasi dalam makanan sehingga berpontensi menyebabkan penyebaran penyakit seperti gastroenteristis, disentri, salmonelosis, typus dan kolera.

Fakta tentang nyamuk. Diketahui ada 4 jenis nyamuk yang umum dijumpai yaitu Anopheles, Aedes aegypti, Ae. Albopictus,dan  Culex. Setiap spesies nyamuk mempunyai perilaku aktivitas masing-masing. Nyamuk Culex dan Anopheles umum dijumpai menyerang pada malam hari (nocturnal), sedangkan spesies lainnya umum dijumpai pagi-siang hari (diurnal). Faktor pendukung mengapa nyamuk menggigit atau menusukkan proboscisnya yaitu karena manusia mengeluarkan gas CO2, adanya bau keringat, suhu yang hangat, adanya pergerakan sehingga nyamuk mengikuti, serta warna kulit. Warna kulit hitam cenderung disukai nyamuk karena warna hitam lebih banyak menyerap kalor/panas.

Selain itu juga ada fakta tentang kecoa. Kecoa menyebarkan penyakit seperti disentri dan Salmonelia. Mereka menyebabkan kontaminasi makanan & keracunan. Mereka menggunakan antena untuk melacak aroma makanan dan muncul dari tempat persembunyian pada waktu yang sama setiap hari. Tanda kehadiran kecoa yaitu kantung telur sering ditemukan di laci atau di celah dinding, adanya bau tidak sedap, khas kecoa, adanya kotoran kecoa.

Konsep IPM yang diaplikasikan yaitu prevention/pencegahan, ekslusi, sanitasi dan treatment/perlakuan sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal. Pencegahan melalui inspeksi bahan baik yang akan masuk ke dalam gudang maupun yang sudah ada di dalam gudang. Pintu harus rapat, tidak terdapat celah pada semua sisinya bahkan di bawah pintu sekalipun, pintu langsung ditutup setelah proses bongkar muat selesai. Selain itu, di depan pintu juga perlu adana pemasangan plastik, air curtain/blower pada pintu gudang, membuat sistem sirkulasi udara lancar agar kelembaban bisa ditekan, seluruh ventilasi dan exhaust menggunakan insect screen, serta lampu penerangan dalam menggunakan Sodium Vapour Lamp yang tidak menarik kedatangan serangga. Tahapan ekslusi yaitu menutup retakan pada lantai yang dapat menampung deposit dari hama serta lantai harus dibersihkan hingga ke tepi/sudut terutama dari tumpahan atau ceceran produk sehingga umumnya bagian sudut bangunan dibentuk curving/lengkung sehinga mudah dibersihkan. Tahapan sanitasi yang umum dilakukan adalah membersihkan baik pada media pembawa, media yang ada diluar gedung/kawasan untuk mengurangi adanya upaya investasi dan perkembangbiakan dari hama. Di dalam gudang penyimpanan, proses penempatan barang tidak boleh mepet dengan tembok (ada jarak minimal 45cm) untuk memudahkan dalam inspeksi dan cleaning. Pallet dan lantai harus rutin dibersihkan terutama dari tumpahan dan ceceran produk, barang reject/return tidak boleh dicampur dengan produk finish goods, serta penyimpanan produk makanan diupayakan tidak lebih dari satu bulan (regular check untuk bahan simpan yang lebih dari 4 minggu). Penyimpanan barang diluar juga membutuhkan sanitasi yaitu jika terdapat barang jadi atau siap distribusi/finish good yang berada di area luar karena dapat berpotensi adanya infestasi silang hama terutama serangga terbang dan tikus untuk mengkontaminasi. Pada pallet yang sudah tidak terpakai dalam kondisi lembab dan sudah lama dibiarkan dapat mengundang adanya infestasi hama dan hama tersebut dapat berkembang biak dengan baik sebagai tempat persembunyian misalnya hama tikus, kecoa, bahkan reptile seperti ular. Tahapan treatment atau perlakuan juga penting selain untuk mengendalikan juga melakukan maintenance yaitu memonitor keberadaan hama baik sebelum maupun setelah perlakukan seperti menggunakan prisma segitiga (glue trap) dan trigonal box untuk monitoring tikus, fly catcher untuk serangga terbang, feromon trap (dome trap-untuk Tribolium, MoBe-untuk Lasioderma serricorne).

Secara umum, hama masuk ke area dalam bangunan dapat melalui merayap atau berjalan, terbang, atau bahkan terbawa melalui barang bawaan dari luar seperti kardus, tas, koper dan sebagainya. Kelangsungan hidup hama yaitu adanya segitiga hidup hama yang terdiri dari makanan, sarang, serta air.  Sehingga untuk melakukan pengelolaan dengan hasil yang optimal maka dapat dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu dari segitiga kelangsungan hidup hama tersebut. Sehingga hama tidak akan bertahan hidup dan area yang diinginkan bebas dan bersih dari hama.

Penulis: Nadzirum Mubin, SP., MSi