Logo

HIMASITA IPB Menggelar Kajian Keprofesian Menanggapi Serangan Hama Wereng Batang Coklat

Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) IPB menggelar kegiatan Kajian Keprofesian 1 dengan tema Puncak Serangan Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) 2021. Kegitan ini merupakan program kerja Divisi Keprofesian HIMASITA dan diselenggarakan sebanyak dua kali, Kajian Keprofesian 1 diselenggarakan pada hari Sabtu, 27 Maret 2021 yang dihadiri oleh  99 orang  mahasiswa IPB University, 27 orang mahasiswa Universitas Sriwijaya, 8 orang mahasiswa Universitas Lampung, 1 orang mahasiswa Universitas Hasanuddin, 1 orang dari Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan dan 11 orang dari Umum.

Pembicara yang hadir dalam kegiatan Kajian Keprofesian 1 :  Puncak Serangan Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) 2021 yaitu Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, M. Sc, Anik Wiati S.P., dan Bayu Aji Krisandi. Dr. Ir. Hermanu Triwidodo Beliau merupakan Dosen Ahli Hama WBC Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanain, IPB University. Anik Wiati S.P. merupakan alumni Proteksi Tanaman angkatan 48 dan Praktisi lapangan. Bayu Aji Krisandi merupakan mahasiswa Proteksi Tanaman angkatan 53 dan Menteri Koordinator Bidang Pelayanan dan Pengadian BEM KM IPB tahun 2019/2020.

Kegiatan dibuka dengan meriah oleh MC yaitu Sri Roro Aminah Adiningtyas mahasiswa PTN 55 dan Richo Deo Arizona mahasiswa PTN 56 kemudian dilanjutkan Pembacaan Tilawah oleh Vito Montana mahasiswa PTN 56 selanjutnya Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne IPB. Penyampaian Laporan Ketua Himasita dilanjutkan Sambutan oleh Bapak Dr. Ir. Ali Nurmansyah, M.Si selaku Ketua Departemen Proteksi Tanaman IPB kemudian Pemaparan Kegiatan oleh divisi Keprofesian. Acara dilanjutkan oleh Moderator yaitu Pahmi Idris mahasiswa Proteksi Tanaman angkatan 54. Acara pertama dimulai dengan pemaparan materi oleh Ibu Anik Wiati, S.P mengenai Ancaman WBC pada Penurunan Produktivitas Tanaman Padi di Daerah Tuban. Beliau menyampaikan bahwa pada wal tahun 2021 di daerahnya yaitu kecamatan Senori kabupaten Tuban, dihebohkan oleh serangan wereng batang coklat yang terjadi di bulan Januari - Februari, kenapa bisa heboh ? Hal ini dikarenakan padi yang terserang usianya mencapai  90 HST. Padi sudah mulai mengisi dan petani tinggal memanen, akan tetapi padi mengalami gejala seperti terbakar, layu, berwarna coklat, dan kering. Petani hanya membiarkan dan tidak melakukan pengendalian karena tanaman sudah tua. Dari beberapa gambar yang telah diamati, ada 4 poin yang dapat disimpulkan yaitu 1) gejala WBC terberat  terjadi pada padi jenis ketan 2) serangan WBC didaerah saya hanya terjadi pada sawah tipe tadah hujan 3) serangan wbc hanya terjadi pada padi yang ditanam lebih awal 4) Di petakan saya sendiri dengan tipe sawah tadah hujan, tapi tidak terjadi serangan wbc karena dari awal seperti perlakuan benih menggunakan PGPR, yang kedua pemeraman kami berikan Lecafit, setelah itu dipersemaian kami tetap semprot dengan Lecafit dan Beuveria sp. yang berfungsi untuk menjaga kesehatan tanaman. Diakhir sesi beliau berharap dapat mendapatkan solusi untuk mengatasi hama WBC.

Acara kedua dilanjutkan pemaparan materi oleh Bayu Aji Krisandi dengan pembahasan Ancaman WBC pada penurunan produktivitas di daerah Tuban. eliau sebagai pemantik dalam Kajian Keprofesian 1 membahas mengenai tragedi serangan hama wereng di Desa Purwabakti, Kabupaten Bogor dan mempresentasikan kondisi serangan di lapang dan berdasarkan hasil pengamatan dilapang varietas tier kebo merupakan varietas yang disukai oleh WBC di bandingkan dengan varietas Inpari 30. Hal ini diduga karena adanya kondisi lingkungan didaerah persawahan yang mendukung perkembangan serangan wereng batang cokelat. Beliau menjelaskan tentang ancaman WBC pada penurunan produktivitas tanaman padi di daerah Bogor. Acara ketiga pemaparan materi mengenai Pencegahan dan Antisipasi Serangan Hama WBC pada Tanaman Padi. Pak Hermanu membuka dengan pesan beliau bahwa Lalai Blai Sembara Cilaka (Lupa membawa bencana gegabah menuai musibah). Ledakan hama wereng batang coklat meningkat apabila pengendalian yang dilakukan di lapangan banyak menggunakan pestisida sintetik, pencegahan hama wereng yang di rekomendasikan oleh pak hermanu yaitu mengembalikan jerami ke sawah, menghindari penggunaan pestisida, tidak menanam varietas yang berasal dari mancanegara karena tidak tahan terhadap hama dan penyakit  tanaman di Indonesia. Pemaparan materi di lanjutkan dengan membahas prediksi serangan wereng batang coklat dan di lanjutkan dengan diskusi aktif oleh peserta. Pertanyaan pertama membahas mengenai hama Wereng Batang Cokelat yang dapat diidentifikasi dengan sidik jari molekuler karena kemungkinan telah membentuk suku-suku di daerah yang berbeda. Kejadian serangan WBC ini terjadi di awal tahun 2021 sehingga petani kaget atas terjadinya fenomena ini. Pertanyaan kedua membahas bahwa hama WBC ini dalam beberapa saat bisa saja hilang. Hilangnya hama WBC dapat disebabkan terbang berpindah ke daerah lain mencari sumber makanan baru yaitu padi stadia vegetative karena serangga ini dapat terbang hingga sejauh 30 km namun juga sering terbawa angin. Cara mengindari hama wereng dengan menerapkan jarak tanam 30 menjadi 40. Pertanyaan ketiga disebutkan oleh Ibu Siti Herlinda bahwa di daerah Rawalebak tidak pernah terserang hama WBC hal ini karena kurang mampunya petani untuk membeli insektisida sintetik sehingga potensi ledakan hama cenderung tidak ada, berbeda dengan di daerah Banyuasin dengan penggunaan insektisida sintetik dengan intensitas tinggi malah membuat predator dan musuk alami yang mati. Pertanyaan keempat dibahas oleh Bapak Ali Nurmansyah bahwa untuk membangun early system warning membutuhkan data beberapa waktu sebelumnya. Harus diamati populasi WBC, varietas padi, kondisi lingkungan (suhu dan kelembaban), keadaan musuh alami, lingkungan di sekitar pertanaman padi, jarak tanaman dan intensitas penyemprotan insektsida. Hal tersebut dapat membantu prediksi hama dan tingkat serangannya. Data serangan harus dilengkapi dengan luas serangan. Sehingga untuk membangun early system warning belum cukup bisa karena data tidak lengkap. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat mencatat data selengkap mungkin. Setelah sesi tanya jawab kemudian didapatkan kesimpulan yang di sampaikan oleh moderator bahwa serangan wereng batang coklat semakin ganas. Varietas yang digunakan dan sistem aliran irigasi mempengaruhi tingkat serangan wereng batang coklat. Padi yang diserang oleh wereng batang coklat umumnya berunur 50 HST. Pemberian insektisida secara tidak cerdas dapat membantu perkembangan wereng batang coklat menjadi lebih pesat bahkan menjadi momok menakutkan bagi para petani. Setelah sesi tanya jawab kemudian dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat kepada pembicara dan dokumentasi seluruh peserta yang hadir. Acara ditutup dengan pembacaan tilawah yang disampaikan oleh Rizki Setiawan mahasiswa PTN 56 dan diakhiri salam oleh MC.

Kegiatan Webinar Kajian Kerofesian 1 : Puncak Serangan Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) 2021  mendapatkan respon baik dari peserta. Peserta terlihat antusias selama mengikuti kegiatan webinar. Melalui kegiatan Webinar Kajian Kerofesian 1 : Puncak Serangan Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) 2021  kami berharap peserta dapat meningkatkan pemahaman dan kepedulian terhadap pentingnya kesehatan tanaman, meningkatkan pengetahuan mengenai upaya pencegahan penyakit yang harus dilakukan secara tepat dan berkelanjutan dari aspek pertanian dan aspek ekonomi, dan dapat menjadi wadah untuk menyalurkan ide dan pemikiran akan pentingnya kesehatan tanaman di Indonesia dan pencegahan penyebaran hama dan penyakit tanaman melalui globalisasi perdagangan.