Logo

Dr. Suryo Wiyono Bagikan Strategi Pengendalian Penyakit Potensial pada Padi

Tanaman padi masih rentan terhadap berbagai penyakit. Seiring dengan kompleksnya dampak perubahan iklim, petani harus pandai berstrategi dalam pengendalian penyakit potensial.

Dr Suryo Wiyono, dosen IPB University dari Fakultas Pertanian menyampaikan bahwa penyakit potensial pada tanaman padi harus segera diantisipasi. Hal ini berkaitan dengan kemunculan penyakit blast pada tahun 90-an.

Menurutnya, kecenderungan data lima tahun berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian (Pusdatin Kementan), penyakit blast pada padi rata-rata kian meningkat walaupun akhir-akhir ini menurun. Sehingga update pengetahuan sangat penting karena strategi pengendalian yang lama tidak akan mampu mengatasi masalah penyakit yang kian berubah.

“Meningkatnya potensi penyakit tanaman baru ini disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya karena masuknya patogen ke Indonesia akibat perdagangan internasional. Belum lagi adanya perubahan genetik pada pathogen dan tanaman inang,” ujarnya dalam Webinar dan Bimtek Propaktani berjudul “Kemunculan Penyakit Potensial pada Budidaya Tanaman Pajale” yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Senin (06/12).

Ia menambahkan, perubahan teknik budidaya dalam 40 tahun terakhir juga mempengaruhi ketahanan tanaman. Baik dari penggunaan varietas tanaman, penggunaan pestisida hingga pupuk frekuensi tanam. Perubahan iklim yang semakin tidak menentu juga menjadi faktor penyebab perubahan status penyakit tumbuhan.

“Diprediksikan, penyakit tanaman padi yang akan meningkat di antaranya busuk bulir bakteri, busuk pelepah dan bercak coklat sempit. Peningkatan penyakit tersebut disinyalir akan terjadi terutama di musim penghujan,” imbuhnya.

Menurutnya, penyakit ini sangat mengkhawatirkan. Bila terjadi endemi, petani dapat kehilangan hasil panen yang tinggi terutama pada fase reproduktif patogen. Penyakit tersebut juga turut mempengaruhi turunnya rendemen padi.

Ia turut menyampaikan strategi pengendalian penyakit tanaman jangka menengah. Di antaranya dengan mengurangi tekanan seleksi dengan menggunakan teknologi budidaya ekologis. Disarankan juga untuk melakukan pemantauan luas serangan dan keparahan.

“Análisis data yang dilakukan harus mencermati defiasi atau gejala tidak umum. Strategi lainnya yakni dengan pemantauan variasi genetik fitopatogen penting dan zeroing importasi benih,” tambahnya.

Bentuk jangka pendeknya, lanjutnya, yakni dengan optimalisasi pemupukan. Serta meningkatkan ketahanan ekosistem tanaman. Imunisasi tanaman ditingkatkan dengan menggunakan mikroorganisme pemicu imun atau dengan bahan organik seperti jerami padi dan pupuk kandang.

“Yang perlu ditekankan adalah pentingnya minimalisasi penggunaan pestisida. Berdasarkan sejarah, penggunaan pestisida yang semakin intensif malah menurunkan ketahanan padi terutama pada penyakit blast,” sebutnya.

Menurutnya, penggunaan bahan organik seperti jerami dinilai dapat mengurangi penggunaan pupuk sintentik hingga 50 persen. Teknologi penggunaan jerami ini merupakan antisipasi kekurangan pupuk namun masih menghasilkan produktivitas padi yang tinggi. Ketahanan tanaman juga masih sangat dipengaruhi juga oleh penggunaan herbisida. (MW/Zul – IPB News)

#DokterTanamanIPB # WebinarPropaktani #PenyakitPadi #PTNkeren #IPBuniversity