Logo

Dosen Muda IPB University Paparkan Nilai Penting Serangga di Urban Area

Nadzirum Mubin SP., MSi., merupakan salah satu dosen muda IPB dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB University yang menekuni bidang Entomologi. Dunia Entomologi tidak hanya terbatas pada area pertanian, tetapi masih banyak lagi seperti Entomologi Kehutanan, Entomologi Perairan, sampai Entomologi Permukiman atau Urban Entomology. Dalam kesempatannya webinar yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Nadzir mencoba berbagai pengalaman tentang nilai penting serangga di Urban Area guna melestarikan dari kepunahan dan implikasinya untuk kehidupan pada Sabtu, 26 Maret 2022.

Serangga merupakan kelompok hewan yang memiliki ukuran relatif kecil tetapi memiliki peranan penting. Peranan serangga beragam seperti sebagai predator, dekomposer dan penyerbuk yang merupakan peranan baik dari serangga, tetapi terkadang juga serangga memiliki peranan kurang menguntungkan karena menyebabkan gangguan kesehatan bahkan gangguan atau kerusakan properti milik manusia.

Nadzir menjelaskan bahwa, serangga yang berada di permukiman seringkali digambarkan dengan serangga-serangga yang merugikan seperti kecoa, lalat, semut, rayap, nyamuk, kutu busuk/bed bug dan lain-lain. Gangguan yang ditimbulkan seperti gangguan kesehatan misalnya disebabkan oleh semut api (Solenopsis invicta), gejala ringan akibat sengatan semut api adalah gatal, tetapi gejala yang diikuti alergi dapat menyebabkan iritasi kulit hingga kematian. Makanan yang didatangi kecoa dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme seperti cendawan dan bakteri pathogen. Ketika mikrob pathogen ikut termakan dan masuk ke dalam saluran pencernaan manusia, gangguan kesehatan yang umum adalah alergi (pilek, iritasi kulit, iritasi mata) hingga kesulitan bernapas dan anafilaksis. Nyamuk juga merupakan serangga permukiman yang sangat penting dan menjadi perhatian setiap tahunnya bahwa hingga ke Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh nyamuk mulai dari rasa gatal akibat tusukan stilet dari nyamuk hingga nyamuk pembawa virus (dengue, zika, chikungunya, yellow fever) yang dapat menyebabkan kematian. Karena gangguan kesehatan yang merugikan manusia hingga menyebabkan kematian maka serangga seperti semut, kecoa dan nyamuk menjadi serangga permukiman yang penting untuk dilakukan pengelolaan bahkan pengendalian.

Proses pengendalian umumnya dilakukan dengan cara yang mudah dan efektif misalnya penggunaan insektisida. Akan tetapi, akibat adanya penggunaan pestisida yang cukup intensif dalam pengendalian serangga hama, banyak sekali issue yang muncul bahwa terjadi penurunan populasi. Akan tetapi sedikit berbeda untuk serangga permukiman. Alih-alih menurun populasinya, populasi serangga permukiman yang dikendalikan menjadi resisten atau kebal. Banyak laporan serangga permukiman seperti kecoa (Blatella germanica), lalat (Musca domestica), nyamuk (Aedes aegypti, Ae. albopictus, Anopheles gambiae). Penggunaan teknik pengendalian yang kurang bijaksana dapat menyebabkan adanya induksi resistensi. Serangga akan membuat pertahanan diri untuk kelangsungan hidupnya guna menjaga eksistensinya di alam, pungkas Nadzir.

Seiring perkembangan dunia sains, peneliti melakukan beragam alternatif pengendalian salah satunya dengan menggunakan bakteri Wolbachia. Succes Story sudah dilakukan oleh rekan-rekan dari World Mosquito Program/WMP dari Fakultas Kedokteran, UGM. Tim WMP sudah melakukan pengelolaan kasus Dengue/DBD dengan cara menginduksikan bakteri Wolbachia ke tubuh nyamuk Ae. aegypti. Nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia akan menghambat perkembangan virus dengue yang ada di dalam tubuh nyamuk tersebut, sehingga nyamuk yang sudah terinfeksi virus dengue tidak dalam menularkan virus ke orang dan kasus DBD pun bisa mulai dikendalikan dengan adanya introduksi Wolbachia ini.

Dalam presentasi yang dibawahkan oleh Pak Nadzir, diketahui bahwa laporan pertama kasus DBD sudah ada sejak 1968 dan sampai sekarang (tahun 2022) kasus DBD ini juga masih ada. Gangguan kesehatan menjadi concern yang sudah sangat lama karena terkait kehidupan seseorang. Kasus DBD selalu ada, bahkan selama pandemic Covid-19 melanda Indonesia, kasus DBD ini juga ikut serta hadir di tengah-tengahnya. Untuk itu, pengelolaan nyamuk ini sangatlah penting agar kasus DBD di Indonesia dapat hilang. Teknik Pengelolaan yang ditawarkan sudah banyak mulai dari membersihkan genangan air, menguras bak mandi, serta teknik terbaru yaitu mengintroduksi nyamuk ber-wolbachia.