Logo

Simposium Fitopatologi 2017

Simposium Nasional Fitopatologi

Selasa, 10 Januari 2017

 

KEMUNCULAN PENYAKIT BARU DAN IMPOR BENIH

Beberapa tahun belakangan ini, sejumlah penyakit baru tanaman muncul pada berbagai  tanaman pertanian di Indonesia, misalnya Pantoea stewartii pada jagung, Erwinia chrysantemi pada kentang, Leaf Curl Diseases oleh Begomovirus (Cabai , tembakau), Nematoda Sista Kentang Globodera sp. (kentang) Bean Common Mosaic Virus (kacang panjang), bakteri Burkholderia glumae (padi), nematoda Aphelenchoides besseyi (padi), dan  Papaya Ringspot Virus (pepaya). Patogen lama yang meningkat kejadiannya sehingga menjadi penyakit penting contohnya adalah Pyricularia oryzae penyebab penyakit blas pada padi.  

Emerging disesases menjadi perhatian khusus kalangan akademisi, praktisi dan pengambil  kebijakan, terutama bila terkait tanaman bernilai strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak seperti padi. Kajian akademis menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya emerging disease  adalah  perubahan iklim, teknik budidaya, perubahan genetik patogen.

Namun demikian, faktor dominan munculnya emerging disease adalah penyebaran patogen dari satu daerah ke daerah lain atau masuknya penyakit eksotis dari satu negara ke negara lain yang dapat terjadi antara lain melalui kegiatan importasi benih.

Baru-baru ini dilaporkan adanya kejadian baru penyakit busuk bulir padi yang disebabkan oleh bakteri Burkholderia glumae dan mematoda pucuk putih Aphelenchoides besseyi yang menyerang tanaman pad. Kedua patogen  ini diketahui sebagai patogen yang bersifat tular benih.

Hal-hal tersebut di atas yang mendasari diselenggarakannya Simposium Nasional Fitopatologi dengan tema Kemunculan Penyakit Baru dan Impor Benih oleh Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB, bekerja sama dengan Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI). Acara ini di selenggarakan di Kampus IPB Darmaga Bogor pada hari Selasa, 10 Januari 2017.

Dibuka oleh Dekan Fakultas Pertanian, Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr, dalam sambutannya beliau menggarisbawahi perlunya prinsip kehati-hatian dalam impor benih. Simposium dihadiri oleh anggota PFI dari berbagai komda (Bandung, Jakarta, Jogja Solo Semarang, Pacet Segunung, Surabaya, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Bogor), peserta dari Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT), Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMB-TPH), Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Pontianak, BP4K Majalengka, BPTPH Jawa Barat, Senat Fakultas Pertanian, Dewan Guru Besar IPB, serta dosen dan mahasiswa pascasarjana Fakutas Pertanian IPB.

Dr. Ir. Giyanto, MSi selaku ketua panitia menyampaikan perlunya dibangun kesadaran bersama mengenai bahaya emerging diseases khususnya pada komoditas penting dan strategis di Indonesia. Simposium sebagai forum para ahli fitopatologi (penyakit tanaman) Indonesia juga bertujuan mentradisikan dan mendorong pengambilan keputusan berdasarkan pengetahuan ilmiah (science-based policy). Pada akhirnya, setelah melewati proses berbagi informasi  dan diskusi ilmiah di kalangan para ahli, diharapkan berhasil disusun butir-butir rekomendasi pengendalian di lapangan dan opsi kebijakan guna menangani kejadian emerging diseases.

Simposium menampilkan enam orang narasumber sekaligus, yaitu:

Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc. Agr. (Institut Pertanian Bogor)

Hermawan SP., MSc (Badan Karantina Pertanian)

Dr. Tri Joko, SP., MSc. (Univ. Gadja Mada, Yogyakarta) 

Prof. Dr. Baharuddin (Univ. Hasanuddin, Makassar)

Dr. Lisnawita, SP., MP. (Univ. Sumatra Utara)

Dr. Ir. Supramana, MSi. (Institut Pertanian Bogor )

Keenam narasumber mengkonfirmasi penyakit busuk bulir bakteri (disebabkan oleh bakteri B. glumae) dan penyakit pucuk putih (disebabkan oleh nematoda A. besseyi) sebagai emerging diseases pada padi yang harus diwaspadai dan tersebar di Jawa, dan Sulawesi Perlu respon cepat dan upaya khusus agar kedua patogen tersebut tidak menimbulkan masalah yang jauh lebih besar. Peserta simposium juga sepakat agar status kedua patogen tersebut dipertahankan sebagai organisme pengganggu tanaman karantina (OPTK) A2. Diskusi juga menyepakati impor benih sebar sangat beresiko menjadi sarana masuknya penyakit baru pada padi karena faktor volume dan frekuensi  yang besar. Selanjutnya, direkomendasikan pula untuk memasukkan syarat kesehatan benih/bebas patogen tertentu sebagai bagian dari sertifikasi benih.

Simposium juga mendorong perhimpunan profesi ilmiah, lembaga pendidikan tinggi, dan lembaga penelitian untuk bersinergi dan lebih berperan aktif dalam menjawab permasalahan aktual.

”Jika ada permasalahan, harus segera dicarikan solusinya. Pendekatan intelektual digunakan untuk bisa menarik kesimpulan yang komprehensif, termasuk aspek edukasi dan sosialisasi ke praktisi pertanian dan pengambil kebijakan, “ tandas Prof. Achmadi Priyatmojo, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Fitopatologi Indonesia.   

Sementara itu Prof. Sri Hendrastuti Hidayat (ketua PFI komda Bogor) menjelaskan Simposium Fitopatologi tersebut akan menghasilkan luaran semacam prosiding agar dapat diketahui juga oleh selain peserta simposium. “Ini penting, agar hasil kegiatan hari ini bisa dijadikan rujukan ilmiah di masa mendatang, “ pungkas Prof. Asti.

  

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Informasi lengkap

Dr. Ir. Giyanto, Msi (Ketua Panitia, Ketua Unit Kajian Pengendalian Hama Terpadu, Departemen Proteksi Tanaman IPB), no hp 0813 1581 2018, email giyanto2@yahoo.com

Prof. Achmadi Priyatmojo (Sekretaris Jenderal Perhimpunan Fitopatologi Indonesia), no hp 0819 0425 5588, email nusdipik8@yahoo.com

Prof. Sri Hendrastuti Hidayat (Ketua PFI komda Bogor),no hp 0812 1110 330, email srihendrastutihidayat@gmail.com