Logo

Press Release Kegiatan International Student Field Course in Tropical Ecology And Rapid Biodiversity Assessment 2017

International Student Field Course yang diadakan pada tahun 2017 ini merupakan kegiatan kuliah lapangan ke-9 kolaborasi antara Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB dengan Division of Tropical Ecology and Animal Biodiversity, University of Vienna, Austria. Kegiatan studi lapangan tahun ini dilakukan di beberapa lokasi antara lain Resort Way Kanan (Taman Nasional Way Kambas), Pulau Anak, Rakata, dan Sertung (Cagar Alam Krakatau), Pulau Peucang dan Panaitan (Taman Nasional Ujung kulon), dan Resort Cikaniki (Taman Nasional Gunung Halimun Salak). Kegiatan dilaksanakan sejak tanggal 24 Juli sampai dengan 13 Agustus 2017. Beberapa persiapan untuk melaksanakan kegiatan ini salah satunya adalah dengan kuliah pengantar yang diadakan pada tanggal 19-21 Juli 2017.

Kegiatan ini berupa kuliah lapang pengenalan habitat ekologi tropis dan penilaian secara cepat mengenai keanekaragaman hayati. Jumlah peserta yang terlibat dalam kegiatan ini berjumlah 12 mahasiswa IPB dan 15 mahasiswa University of Vienna, dan terdiri dari pendamping (supervisor) masing-masing berjumlah dua orang dari IPB dan satu orang dosen dari University of Vienna. Peserta dibagi menjadi empat kelompok yang mewakili taksa yang berbeda-beda yaitu capung, kupu-kupu, burung, dan herpetofauna. Masing-masing kelompok terdiri dari 4-6 orang mahasiswa (kecuali kelompok capung) dan didampingi oleh satu orang supervisor atau co-supervisor. Pada tahun ini, kegiatan juga melibatkan supervisor dari Indonesia Dragonfly Society (IDS) khususnya untuk pengamatan kelompok capung.

Pada tanggal 24 Juli 2017, kegiatan secara resmi dibuka oleh Dr. Edy Hartulistiyoso selaku direktur Direktorat Kerjasama dan Program Internasional IPB di Ruang Sidang Rektorat, Gedung Andi Hakim Nasution, Kampus IPB Dramaga. Resort Way Kanan (TN Way Kambas, Lampung Timur) menjadi lokasi pertama kegiatan, berlangsung dari tanggal 25-27 Juli 2017. Selanjutnya tim berpindah menuju Kepulauan Krakatau (CA Krakatau) yang berada di Selat Sunda. Perjalanan menuju Kepulauan Krakatau menggunakan kapal angkut via Dermaga Canti di Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. Kegiatan di CA Krakatau terpusat di Pulau Anak yaitu sebagai tempat base camp dan pengamatan. Selain di P. Anak, kegiatan di CA Krakatau juga dilaksanakan di Pulau Sertung dan Pulau Rakata. Kegiatan tersebut berlangsung selama 4 hari 3 malam (28-31 Juli 2017). Destinasi selanjutnya yaitu Taman Nasional Ujung Kulon bertempat di resort Pulau Peucang. Perjalanan dari Kepulauan Krakatau menuju Pulau Peucang sendiri menempuh waktu selama 9 jam menggunakan kapal angkut kapasitas 35 orang. Pulau Peucang menjadi base camp kegiatan sekaligus tempat pengamatan. Pengamatan juga dilakukan di padang gembala Cidaon yang merupakan kawasan main land dan Pulau Panaitan. Kegiatan di resort Peucang berlangsung selama 7 hari 6 malam (31 Juli – 6 Agustus 2017).

Kurang lebih dua minggu menempuh kegiatan di lapangan, tim beristirahat selama satu hari di tanggal 7 Agustus 2017 di Bogor. Hari selanjutnya tim rombongan menuju lokasi pengambilan data terakhir yaitu di kawasan resort Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Sukabumi, Jawa Barat. Wisma riset Cikaniki digunakan sebagai base camp kegiatan karena letaknya yang strategis dengan beberapa track pengamatan berupa hutan tropis yang berbatasan langsung dengan kebun teh dan desa Citalahab. Kegiatan berlangsung selama 4 hari 3 malam (8-11 Agustus 2017).

Kegiatan selanjutnya setelah pengambilan data lapangan yaitu analisis data (12 Agustus 2017) dan presentasi-diskusi (13 Agustus 2017). Masing-masing kelompok melakukan analisis data sesuai dengan hasil data lapangan yang telah diperoleh sebagai bahan presentasi dan diskusi. Analisis data dilaksanakan di Laboratorium Analisis Data sedangkan presentasi hasil dan disuksi dilaksanakan di Ruang Sidang 1 Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB. International field course ini merupakan kolaborasi kegiatan lapangan yang memberikan beragam wawasan, bukan hanya memperkenalkan keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia, melainkan keanekaragaman etnik dan budaya.