Logo

Safari Klinik Tanaman: Semangat PHT dalam Program Manajemen Tanaman Sehat

Selama dua hari sejak Senin (30/10) hingga Selasa (31/10) kegiatan Gelar Teknologi Perlindungan Tanaman Jawa Timur 2018 yang diadakan oleh UPT Proteksi Jawa Timur dilaksanakan. Kegiatan yang bertemakan “Manajemen Tanaman Sehat untuk Mencapai Kedaulatan Pangan” ini diikuti oleh 1.750 peserta yang terdiri dari petani, akademisi, petugas fungsional pertanian, para kepala dinas pertanian, dan warga lokal. Selain dari area Jawa Timur, peserta yang berpartisipasi berasal dari berbagai daerah seperti Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Aceh, Jawa Tengah, Jawa Tengah, dan sejumlah petani dari daerah lain.

Kegiatan tahunan ini dilaksanakan di Desa Besur, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan – Jawa Timur. Desa Besur dipilih  sebagai tuan rumah karena keberhasilan penerapan PHT dalam program Manajemen Tanaman Sehat (MTS). Wahid Wahyudi, Asisten Perekonomian dan Pembangunan SekdaProv Jatim, mengatakan bahwa dipilihnya Lamongan sebagai tuan rumah karena  meningkatnya pendapatan petani di daerah ini.

“Dari data statistik, pendapatan petani meningkat. Hal ini sesuai dengan tujuan akhir MTS yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan petani.” Ujar Wahid.

Bupati Lamongan, Fadeli dalam sambutannya mengatakan bahwa etos kerja masyaratakat Desa Besur yang tinggi menjadi pendorong suksesnya pelaksanaan MTS.

“Perencanaan dan etos kerja yang tinggi akan menentukan keberhasilan MTS, ini terbukti di Besur.”, ungkap Fadeli.

Salah satu rangkaian kegiatan Geltek Perlintan 2018 adalah seminar yang dalam hal ini materi tentang penerapan MTS disampaikan oleh Dr. Ir. Gatot Mudjiono (Pakar PHT Universitas Brawijaya) dan Peran Pemeritah Desa dalam MTS oleh Abdul Harissuhud (Kepala Desa Besur). Gatot menyampaikan bahwa saat ini terjadi misinteprtasi dalam konsep PHT. Di Indonesia sendiri berkembang dua konsep PHT yaitu PHT berdasarkan ambang ekonomi dan PHT ekologi.

“Perbedaan pandangan ini membuat petani bingung dalam penerapan, akhir-akhirnya akan kembali konvensional lagi. Maka dari itu, MTS hadir bernafaskan PHT sebagai modifikasikasi PHT biointensif yang mengedepankan strategi sebelum teknologi.” Lanjut Gatot.

Haris, Kepala Desa Besur mengungkapkan bahwa dukungan paling nyata dari pemerintah Desa adalah anggaran dana untuk mendukung terlaksananaya PHT. Dana desa yang sangat banyak perlu strategi dalam penggunaannya, termasuk bagaimana mengalokasikannya untuk infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat yang berbasis pertanian.

“Anggaran desa perlu disiasati agar menjawab kebutuhan warga, dalam hal ini petani. Kami alokasikan dana desa untuk mengadakan pelatihan pertanian dan pengadaan PPAH.” tambah Haris.

Keberhasilan penerapan PHT di Desa Besur tidak terlepas dari konsistensi para pihak mulai dari pemerintah di berbagai tingkatan, akademisis, organisasi tingkat desa, hingga petani. Pakar PHT Institut Pertanian Bogor, Dr.Ir. Hermanu Triwidodo, MSc yang juga hadir mengungkapkan bahwa inti dari keberhasilan PHT adalah kedulatan petani.

“Pengambilan keputusan terakhir dalam PHT haruslah petani, aktor pendukung sebagai fasilitator perlu sinergis dalam meningkatkan kapasitas petani dan itu telah berjalan baik di Desa Besur.” Paparnya.

Hermanu mengapresiasi konsistensi para petugas lapang dengan menawarkan program kuliah jarak jauh yang akan diluncurkan oleh IPB untuk menambah kapasitas para petugas lapang.

“Para petugas ini sangat berjasa dan patut mendapat apresiasi dalam bentuk kesempatan peningkatkan kapasitas dirinya, IPB akan memfasilitasi hal itu dalam bentuk kuliah jarak jauh.” Tambah Hermanu.

Selain seminar, rangkaian Geltek Periltan Jatim 2018 yaitu pelatihan, expo, dan demplot MTS. Selain memiliki fungsi ekologis, demplot ini dibuat dengan konsep agroedutourism. Khamim Ashari selaku panitia mengungkapkan bahwa demplot ini akan menjadi laboratorium mini untuk lebih mengenal pertanian ekologi yang di sisi lain akan menjadi hiburan bagi warga.

“Kami memiliki misi sosial dalam hal ini, bagaimana warga lokal bisa belajar sambil berlibur.” Ungkap Khamim.

Kedepan, demplot ini akan tetap dijadikan tempat wisata dan belajar bagi warga setempat.

Laporan/Foto: Wahyu Rridwan Nanta dan Ferri Stya Budi, Klinik Tanaman IPB.

PDF Download