Logo

Daftar Berita

Dosen IPB Beberkan Teknik Deteksi Identifikasi Virus pada Tanaman

Jakarta: Berbagai teknik deteksi dan identifikasi virus perlu dilakukan sebelum penanaman benih secara luas demi mengendalikan penyakit virus pada tanaman pangan. Dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Sari Nurulita, menjelaskan teknik pengujian virus ini memerlukan sumber inokulum yang diperoleh dari perbanyakan.

Sari menjelaskan tipe-tipe bahan perbanyakan yang biasa digunakan di lapangan adalah organ generatif seperti biji-bijian. Selain itu, juga dapat menggunakan organ vegetatif seperti umbi pada jenis tanaman bawang-bawangan. Pengujian virus ini juga bisa dilakukan dari hasil kultur jaringan.

“Hal ini penting karena tidak semua deteksi virus pada benih dari organ generatif, kita juga perlu tahu organ vegetatif yang ditanam di lapangan yang perlu dideteksi juga,” kata Sari dalam Webinar Propaktani ‘Strategi Pengendalian Penyakit Virus pada Tanaman Mendukung Peningkatan Produksi Pangan’ dalam keterangan tertulis, Kamis, 27 Oktober 2022.

Sari mengatakan terdapat tiga tahapan utama yang perlu diperhatikan. Pertama, metode sampling yang tepat dan representatif sehingga dapat mewakili semua total sampel yang dimiliki.

Kedua, teknik growing on test, karena konsentrasi patogen atau virus di dalam tanaman masih sedikit. Kemudian, ditumbuhkan agar daunnya dapat dipanen dan mendapat konsentrasi virus yang lebih tinggi.

“Ketiga dan yang utama adalah deteksi berbasis protein dengan Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) dan asam nukleat dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) tergantung jenis virusnya,” papar dia.

Sari menyebut teknik ELISA mampu merepresentasikan data untuk pendeteksian virus secara kualitatif dan kuantitatif. Warna kuning pada sampel mengindikasikan adanya target protein virus. Semakin tinggi intensitas warnanya, konsentrasi virus semakin tinggi.

“Secara kuantitatif, sampel dikatakan positif bila hasil rata-rata absorbansi sampel dua kali rata-rata nilai absorban kontrol negatif atau tanaman sehat,” tutur dia.

Sementara itu, dalam teknik PCR, terdapat tahap sekuensing yang sifatnya opsional. Bila sudah menggunakan primer spesifik, sekuensing kurang dibutuhkan. Sekuensing dibutuhkan bila ingin menganalisis lebih dalam, misalnya filogenetikanya.

“Teknik ini sempat dilakukan dalam penelitian mahasiswa IPB untuk mendeteksi streak mosaic virus pada tanaman tebu dengan teknik deteksi berbeda. Teknik immunocapture PCR dinilai mendapatkan hasil lebih jelas,” sebut dia.

Dalam deteksi virus ini juga membutuhkan sumber inokulum. Perbanyakan sumber inokulum dengan cara penularan mekanis dari sumber inokulum daun ke tanaman inang yang sehat. Setelahnya, inokulum dibuat menjadi awetan kering.

“Selain kita panen daunnya untuk membuat awetan, kita tetap melakukan penularan mekanis terus menerus agar tetap mempunyai sumber inokulum. Yang harus diperhatikan adalah pelabelan sampel dan penyimpanan sampel pasca pengeringan karena beberapa sampel harus disimpan dalam suhu dingin,” tutur dia. (medcom.id)

Nadzirum Mubin, Dosen Muda IPB University Paparkan Cara Budidaya Lebah Tak Bersengat

Lebah identik dengan serangga yang berbahaya. Hewan ini dapat menyengat sehingga banyak orang menghindarinya. Akan tetapi, lebah juga memiliki keuntungan yang banyak orang manfaatkan, diantaranya menghasilkan madu berguna sebagai peningkat imun. Namun ternyata, ada lebah tak bersengat namun tetap dapat memproduksi banyak madu.

Nadzirum Mubin, SP, MSi, dosen muda IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman (PTN), Fakultas Pertanian berbagi pengetahuan tentang manfaat lebah tak bersengat dan upaya pemanfaatannya untuk pertanian. Hal itu diungkapnya dalam acara Jambore Perlindungan Tanaman Indonesia yang diinisiasi Himpunan Profesi Departemen Proteksi Tanaman (HIMASITA) IPB University.

“Lebah yang dikenal selama ini umumnya dari kelompok lebah bersengat yaitu kelompok Apis mellifera, A cerana, A dorsata dan lain-lain. Tetapi sudah sejak lama, diketahui juga lebah yang tidak bersengat yang mampu menghasilkan madu, bahkan kandungan madunya lebih tinggi dan kaya akan antioksidan. Salah satu contoh lebah tak bersengat yaitu Tetragonula laevicep,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Dalam pemaparannya, Nadzir menjelaskan bahwa lebah yang selama ini diketahui hanya sebagai serangga yang menghasilkan madu, bee bread, propolis serta produk turunan lainnya. Padahal, kata dia, lebah memiliki peranan yang lebih besar lagi, yakni sebagai serangga penyerbuk.

“Serangga penyerbuk merupakan serangga yang berjasa sangat besar bagi ekosistem. Dengan bantuan lebah penyerbuk, buah dan biji yang terbentuk (fruit dan seed set) dapat meningkat berkali-kali lipat. Banyak referensi menyebutkan bahwa buah yang terbentuk menjadi lebih besar, panjang, serta kemampuan bertahannya meningkat (shelf life),” seru Nadzir.

Menurutnya, lebah merupakan serangga yang sangat luar biasa bermanfaat. Selain sebagai penghasil madu, serangga ini juga memiliki peranan ekologis, membantu menyeimbangkan ekosistem di alam serta mampu meningkatkan produksi tanaman pertanian, perkebunan dan lain-lain. 

“Sudah saatnya semua pihak, termasuk mahasiswa mengetahui peranan serangga kecil ini,” tutur Nadzir. 

Namun demikian, lanjut dia, terdapat masalah baru yaitu isu lingkungan, di mana salah satunya alih fungsi lahan yang menyebabkan banyak sarang-sarang lebah tidak pada tempat yang seharusnya. Ia mengungkap, lebah tak bersengat diketahui banyak yang membuat sarang pada knalpot bekas, pot bunga, celah tembok, pintu rumah dan lain-lain. 

Karena itu, pada kesempatan ini Nadzir turut memaparkan cara budidaya lebah tak bersengat, cara mendapatkan sarang lebah tak bersengat, cara memindahkan sarang, cara split colony dan lainnya. Ia menyebut, budidaya lebah tak bersengat tergolong sangat mudah, karena tidak membutuhkan ruang yang besar. 

“Dengan jangkauan jelajahnya yang pendek, pemanfaatan tanaman pekarangan menjadi salah satu sumber pakan yang potensial. Pemanfaatan tanaman berbunga yang ada di pekarangan, selain memperindah pekarangan juga nantinya pemilik lebah dapat memanen madu sendiri di rumah,” terangnya.

Ia menambahkan, dengan dibudidayakan di rumah, maka tidak ada lagi kekhawatiran tentang adanya madu palsu. Pasalnya lebah diberi pakan dan dipanen oleh pemiliknya sendiri. 

“Cita-cita besar saya adalah agar semua orang dapat memelihara lebah tak bersengat di rumah. Semua orang bisa memanen madu sendiri dan mampu mencukupi kebutuhan kesehatan untuk keluarganya secara mandiri,” pungkasnya. (IPB News*/Rz)

 

Lebah tak bersengat, Budidaya lebah tak bersengat, Manfaat lebah

SDG : SDG 4 - PENDIDIKAN BERMUTU, SDG 8 - PEKERJAAN LAYAK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI

SEMINAR TUGAS AKHIR Mahasiswa S1 Departemen Proteksi Tanaman - Nurani Apriliani

SEMINAR TUGAS AKHIR
Mahasiswa S1 Departemen Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian - IPB University

Nama: Nurani Apriliani
NIM: A34160034

Judul Makalah:  Pengendalian Penyakit Blas (Pyricularia oryzae Cav.) pada Tanaman Padi Sawah dengan Beberapa Cara Budi Daya

Dosen Pembimbing:
1. Prof. Dr. Ir. Widodo, M.S.

Dosen Penguji: Dr. Dra. Dewi Sartiami, M.Si.

Dosen Moderator: Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si.

Senin, 28 November 2022. (PK. 14:00)
Ruang Sidang 1 - PTN

#PTNkeren #IPBuniversity #SeminarTugasAkhir #Skripsi

SEMINAR TUGAS AKHIR Mahasiswa S1 Departemen Proteksi Tanaman - Sondang Y.M Sihombing

SEMINAR TUGAS AKHIR
Mahasiswa S1 Departemen Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian - IPB University

Nama: Sondang Y.M Sihombing
NIM: A34180008

Judul Makalah:  Pengaruh Insektisida Siantraniliprol terhadap Sintasan dan Reproduksi Crocidolomia pavonana (Lepidoptera: Crambidae)

Dosen Pembimbing:
1. Prof. Dr. Ir. Dadang, M.Sc
2. Lia Nurulalia S.P, M.Si

Dosen Penguji: Prof. Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc

Dosen Moderator: Nadzirum Mubin S.P, M.Si

Rabu, 23 November 2022 (PK. 14:00)
Ruang Sidang 1 - PTN

#PTNkeren #IPBuniversity #SeminarTugasAkhir #Skripsi