Logo

Respon Cepat Departemen Proteksi Tanaman terhadap Wereng Batang Cokelat di Bogor

Tim Departemen Proteksi Tanaman (PTN) melakukan respons cepat dengan adanya laporan serangan wereng batang cokelat (WBC) Nilaparvata lugens (Hemiptera: Delphacidae) di daerah Bojong Jengkol, Ciampea dan Purwabakti, Pamijahan pada 15 dan 17 Februari 2021. Beberapa staf dari divisi hama PTN yaitu Dr. Dewi Sartiami, Dr. Idham Sakti Harahap, Dr. Ruly Anwar, Dr. R. Yayi Munara Kusumah, Dr. Pudjianto, Dr. Nina Maryana, Bonjok Istiaji, MSi dan Nadzirum Mubin, MSi melakukan kunjungan untuk melihat dan membantu mengatasi permasalahan di lapangan.

Wereng cokelat merupakan hama utama pada tanaman padi. Serangannya ketika populasi tinggi dapat menyebabkan gejala pada padi terlihat seperti menguning dan kering sehingga seperti gejala terbakar “hopperburn” sehingga mengakibatkan padi gagal panen atau “puso”. Serangan wereng cokelat, menyerang pada sawah yang berupa petakan ataupun berupa hamparan (berhektar-hektar). Sehingga, dahulu pada tahun 1986 sampai muncul Instruksi Presiden (Inpres) tentang pengelolaan WBC karena sudah menyebabkan serangan pada sentra-sentra beras di Indonesia. Dan ini juga menunjukkan bahwa WBC merupakan serangga yang sangat ‘ganas’ selain menyebabkan gagal panen juga bisa menjadi serangga vektor yang dapat menularkan virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Virus kerdil rumput dan kerdil hampa juga menyebabkan padi tidak mampu tumbuh dengan baik (upnormal) sehingga proses morfologis dan fisiologis tanaman menjadi terganggu.

Serangan WBC yang di Bojong Jengkol-Ciampea maupun di Purwabakti-Pamijahan menyerang jenis padi yang sama yaitu varietas Inpari. Menurut Balai Besar PenelitianTanaman Padi (BBPADI), jenis varietas Inpari merupakan varietas yang agak rentan terhadap serangan WBC. Akan tetapi yang masih menjadi pertanyaan adalah, serangan WBC umumnya ditemukan menyerang padi di dataran rendah, yang menjadi unik adalah serangan WBC ini ditemukan di dataran tinggi di daerah Purwabakti-Pamijahan dengan ketinggian sekitar 750 mdpl.

Menurut Pak Handi (60 th), selain menyerang padi Inpari 32 di Purwabakti, Pamijahan juga menyerang padi vareitas local IR Kebo meskipun skala serangannya relative rendah. Dan serangan wereng cokelat ini musim tanam sebelumnya belum pernah menyerang dan menyebabkan kerusakan.

Sama halnya dengan Pak Atta (65 th), jenis padi yang terserang yaitu varietas Inpari 30 di Bojong Jengkol-Ciampea. Serangannya sangat parah (hampir 100% terserang) akan tetapi serangannya hanya berupa petakan, bukan hamparan.

Meskipun serangan WBC berbeda-beda tiap lokasi, ini perlu dilakukan antisipasi karena WBC dengan populasi yang tinggi dapat menjadi fase migran (G3) yaitu WBC dalam fase bersayap (Makroptera). Serangan WBC yang menyebabkan kerusapkan yaitu ketika fase puncak ‘brakiptera’ (G2) yang menyebabkan kerusakan karena saat fase tersebut.

Serangan WBC tidak hanya pada musim kemarau saja, tetapi musim penghujan juga sering terjadi di berbagai lokasi. Faktor biotik dan abiotic yang menyebabkan meningkatnya populasi WBC seperti peningkatan jumlah pupuk nitrogen yang diberikan, penyemprotan insektisida yang tidak tepat sasaran dan tepat dosis, penggunaan varietas yang tidak tahan, serta pola budidaya seperti penggunaan sistem tanam yang tepat. Sistem tanam yang sering digunakan yaitu jajar legowo (2:1, 4:1 dsb) dapat mengurangi risiko peingkatan populasi WBC karena iklim mikronya tidak disukai dari WBC. WBC lebih menyukai kondisi pertanaman dengan kelembaban yang tinggi, ketika petani menggunakan penanaman padi yang sangat rapat maka akan meningkatkan iklim mikro di bagian bawah pertanaman sehingga memicu peningkatan populasi WBC lebih cepat.

Credit foto: Dr. R. Yayi M. Kusumah