Logo

Nadzirum Mubin, The Best Young Scientist I pada Perhimpunan Entomologi Indonesia 2021

Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) pada ulang tahunnya yang ke-51 menyelenggarakan serangkaian kegiatan. Salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu Young Scientist Award yang dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Oktober 2021. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan panggung kepada peneliti muda agar berani tampil dan lebih dikenal oleh masyarakat secara lebih luas. Selain itu, PEI juga berharap besar kepada para peneliti muda yang nantinya meneruskan tongkat estafet penelitian-penelitian khusunya di bidang Entomologi.

Kegiatan Young Scientist Award ini diikuti oleh perwakilan dari berbagai cabang di PEI. Sebanyak 10 peneliti muda dikirimkan untuk berpartisipasi dalam ajang ini yaitu PEI cabang Makassar, Malang, Purwokerto, Bandung, Bogor, Palembang dan Padang.

Nadzirum Mubin, SP., MSi yang merupakan salah satu peneliti muda Departemen Proteksi Tanaman, IPB University mewakili PEI Cabang Bogor. Paparan yang dibawakan oleh Nadzir adalah tentang pengaruh ketertarikan dan kematian lebah klanceng (Tetragonula laeviceps) terhadap 2 jenis insektisida. Dalam paparannya, Nadzir menyebutkan bahwa insektisida jenis B (b.a. Spinetoram) memberikan tingkat ketertarikan yang tinggi (lebih dari 70%) pada pengujian olfactometri. Akan tetapi pada pengujian topical, insektisida B memberikan tingkat kematian sebesar 100% pada 48 jam setelah pengamatan (JSP). Hal ini menjadi dua sisi yang bertolak belakang, karena lebah memberikan tingkat ketertarikan yang tinggi pada suatu jenis insektisida tetapi lebah mengalami kematian ketika terkena insektisida tersebut.

Nadzir juga menyebutkan bahwa untuk menghasilkan 1kg madu, lebah harus berkunjung ke 5.7 juta bunga. Ketika tanaman terkontaminasi cairan insektisida, maka akan memberikan dampak bahkan dapat menyebabkan kematian. Kajian tentang dampak buruk insektisida terhadap serangga hama sudah umum dilakukan pengujian, akan tetapi dampaknya terhadap serangga bermanfaat (beneficial insect) belum banyak dikaji khususnya di Indonesia. Menjadi tantangan sekaligus peluang untuk dilakukan riset dengan skala yang lebih luas, pungkasnya.

Sebanyak 13 ketua PEI Cabang yang ikut berpartisipasi dalam penilaian para peneliti muda dalam ajang ini yaitu ketua Cabang PEI dari Ambon, Manado, Jambi, Palu, Makassar, Denpasar, Malang, Yogyakarta, Pontianak, DKI Jakarta, Pekanbaru, Sumatera Barat dan Palembang. Penilaian dilakukan berdasarkan cara penyajian, kedalaman materi, bahan presentasi, ketepatan waktu, dan cara menjawab dalam diskusi.

Berdasarkan hasil penjumlahan penilaian, NADZIRUM MUBIN, SP., MSi mendapatkan nilai tertinggi yaitu 437.08, disusul oleh juara 2 yaitu Rina Rachmawati, SP., M.Eng (perwakilan dari Malang) dengan nilai 435.38, dan juara 3 yaitu Dr. Yani Maharani, SP., MSi (perwakilan dari Bandung) dengan nilai 423.18. Nadzir mendapatkan penghargaan sebagai The Best Young Scientist I mengalahkan beberapa perwakilan dari PEI cabang lainnya. Penghargaan tersebut diumumkan pada kegiatan Sarasehan PEI pada hari Sabtu, 30 Oktober 2021.

#DokterTanamanIPB #YoungScientist #PEI #PTNkeren #IPBuniversity