Logo

Dr. Bonny P.W. Soekarno Bahas Pentingnya Mengetahui Mutu Benih dan Patogen Terbawa Benih Sebagai Kriteria Mutu Benih

Dr Bonny P W Soekarno, dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman memberikan penjelasan dalam menentukan mutu benih yang bersertifikat. Ia menegaskan, terkait benih, harus berbicara dalam jangka panjang.

“Pemilihannya harus berdasarkan pada kualitas bibit, bebet, bobot benih karena menentukan generasi tanaman selanjutnya. Generasi benih yang baik penting untuk menjamin keamanan sumber pangan,” kata Dr Bonny.

Dosen IPB University itu mengatakan, mutu benih dan patogen terbawa benih sudah menjadi kriteria dalam penjaminan mutu benih. Ia menyebut, benih sebagai komoditas penting perdagangan internasional berpotensi membawa semua komponen termasuk pathogen.

“Sebagai salah satu komponen utama sarana produksi tanaman, benih merupakan struktur tanaman yang digunakan untuk perbanyakan, bersifat pembawa dan tempat bertahan patogen penyebab penyakit tanaman,” ujar Dr Bonny.

Dengan demikian, katanya, harus terbebas dari pathogen yang terbawa. Hal ini karena sebarannya dapat melewati batas alam. Oleh karena itu, Dr Bonny menyebut, peran lembaga karantina menjadi sangat krusial baik dalam membatasi, mengawasi, dan mengedukasi petani dalam pemilihan dan penggunaan benih.

Dr Bonny juga menyebut, risiko perdagangan benih juga berimplikasi pada perubahan biodiversitas yang tidak terasa. “Ancaman terberat dari perdagangan benih internasional ini yaitu ancaman tekanan keamanan pangan karena kita tidak tahu penyakit yang terdeteksi dan tidak tertangani menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan,” katanya dalam Webinar ProPakTani yang diselenggarkaan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, (12/11).

Lebih lanjut, Dr Bonny menjelaskan, benih merupakan suatu miniatur ekosistem yang sangat kompleks. Sehingga, tidak boleh dianggap remeh dalam proses pengemasan dan penyimpanan. Pasalnya, benih dapat menjadi sarana potensial dan efektif penyebaran penyakit.

“Kerusakan dan kerugian akibat pathogen terbawa benih terasa sangat nyata. Contohnya dapat menyebabkan terjadi penurunan daya kecambah dan vigor bibit,” kata Dr Bonny.

Terkait penyimpanan, ia menyarankan perlu memperhatikan kadar air karena Indonesia merupakan negara tropis. Tidak hanya itu, perlu adanya edukasi oleh pendamping benih untuk berbagai perkiraan di lapangan. Ia juga menyebut bahwa identifikasi awal infeksi juga harus diupayakan dengan didukung oleh sumberdaya manusia dan peralatan yang baik.

“Perlu dilakukan upaya eliminasi pathogen terbawa benih sejak benih diproduksi di lapangan. Kita terkadang lupa, kapan menghindarkan kemungkinan terjadinya infeksi pathogen,” pungkasnya. (MW-IPB News).

Sumber: IPB News

#DokterTanamanIPB #Webinar #PTNkeren #IPBuniversity #PatogenBenih