Logo

Nadzirum Mubin, Dosen Muda IPB Paparkan Upaya Pelestarian Serangga – IPB News

Nadzirum Mubin, SP, MSi, dosen muda IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian berbagi informasi tentang upaya pelestarian serangga khususnya untuk bidang ethno-entomologi yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Biologi, Universitas Padjajaran.  Dalam paparannya, Nadzir menjelaskan bahwa ethno-entomologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan serangga. Ia menyebut, banyak serangga yang sudah menjadi bagian dari kehidupan bermasyarakat. 

Ia mencontohkan, undur-undur (Neuroptera: Myrmeleontidae) merupakan predator, tetapi secara tradisional, undur-undur ini dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Undur-undur sering dikonsumsi sebagai obat diabetes, darah tinggi, dan gatal-gatal.  “Tidak hanya terbatas dimanfaatkan secara tradisional, sudah banyak publikasi yang mengonfirmasi bahwa undur-undur ini memiliki zat tertentu sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan,” kata Nadzirum Mubin. 

Ia melanjutkan, pengetahuan tradisional (traditional knowledge) lainnya juga banyak menyebutkan bahwa serangga dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Hal ini karena serangga mengandung protein yang sangat tinggi. Beberapa serangga yang dikonsumsi karena kandungan protein yang tinggi yaitu seperti ulat sagu, tepung jangkrik, botok tawon, peyek laron maupun belalang.  “Pengetahuan tradisional menjadi kunci dari pelestarian serangga tersebut sehingga serangga-serangga yang dimanfaatkan tidak tereksploitasi terlalu besar,” tambahnya.  

Meskipun secara tradisional serangga-serangga tersebut memberikan manfaat yang luar biasa, terdapat banyak ancaman dalam upaya pelestariannya. Nadzir menyebut, perubahan iklim, kehilangan habitat karena alih fungsi lahan, peningkatan produktivitas pertanian dengan penggunaan pestisida yang tidak bijaksana serta perdagangan bebas serangga dapat menghambat pelestarian serangga.

Dari ancaman-ancaman yang ada, katanya, dapat dicarikan solusinya masing-masing. Ia menyebut, hal yang paling banyak digunakan sekarang adalah adanya pengenalan serangga-serangga ke anak usia dini. Pengenalan serangga sedari dini memberikan kesempatan anak tersebut mengenal dan menyukai serangga sejak kecil.   “Mengenalkan serangga dengan berlibur ke tempat wisata. Wisata edukasi memperkenalkan kupu-kupu, lebah, dan serangga lainnya ke anak kecil menjadikan memori si anak dapat dikenang hingga dewasa nanti,” katanya. 

Selain itu, lanjutnya, pelestarian serangga juga dapat dilakukan dengan pertunjukan budaya atau seni. Seni wayang yang umumnya dikatakan kuno, diganti menjadi pertunjukan wayang serangga. “Dengan tetap memegang kesenian wayang, cerita dan wayangnya diganti topiknya dengan serangga. Sehingga serangga yang memberikan manfaat yang luar biasa dapat dikenal melalui media seni seperti wayang ini,” tutur Nadzir. (IPB News)