Logo

Guru Besar IPB University Berikan Kajian Strategi Pengembangan Sorgum Nasional (Kumparan.com)

Sorgum merupakan tanaman serealia dengan kandungan karbohidrat yang setara padi. Sorgum mengandung nilai gizi seperti vitamin B dan zat besi, lebih tinggi dari beras. Karena kandungannya ini, sorgum dinilai mampu membantu mengatasi masalah kekurangan gizi pada sebagian masyarakat Indonesia. Lebih lagi untuk menjadi alternatif solusi dalam krisis pangan.

Dalam pembuatan roadmap pengembangan sorgum di Indonesia, tentu perlu kajian terhadap arah dan kebijakan yang lebih intensif. Prof Suryo Wiyono Guru Besar IPB University dari Fakultas Pertanian mengatakan sentra sorgum di Indonesia memiliki total potensi lahan hingga 4.355 hektar. Dibandingkan rata-rata produktivitas sorgum dunia 2,7 ton per hektar, angka produktivitas sorgum nasional di angka dua hingga tiga ton, tidak terlalu jauh.

Menurutnya, kendala pengembangan sorgum di antaranya teknologi produksi yang belum terlalu advanced, dibanding beras. Seperti teknologi pemupukan, pengelolaan hama penyakit dan irigasi.  “Industri pengolahan juga belum berkembang sehingga ketersediaan di pasar kecil. Belum lagi teknologi substitusi tepung terigu terbatas karena sifat keragamannya agak berbeda dengan gandum,” terangnya dalam Webinar Propaktani “Arah dan Kebijakan Roadmap Tata Kelola Hulu Hilir Sorgum Nasional“ oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI, (07/09).

Ia menambahkan, peluang pengembangan sorgum sangat tinggi terutama karena krisis geopolitik yang mengancam stok gandum. Ancaman krisis pangan ini dapat menjadi pemicu untuk mengembangkan potensi sorgum dengan tiga arah. Yakni pangan, pakan dan energi, bergantung pada setiap varietas sorgum.

Riset dan inovasi sorgum sebagai alternatif beras sebaiknya diarahkan untuk substitusi gandum, ia melanjutkan. Ketiga bidang industri sorgum ini juga harus dibedakan tiap wilayahnya agar tidak terjadi kompetisi.

Menurutnya, Fakultas Pertanian IPB University telah mengembangkan beberapa riset dan inovasi sorgum. Belum lama ini, dilepaskan varietas unggul sorgum IPB Sorice Putih dan IPB Sorice Merah. Varietas ini memiliki beberapa keunggulan, adaptif terhadap lahan masam dan lahan marginal.

Ia menjelaskan bahwa, jenis ini juga dapat diratun atau dipanen berkali-kali serta tahan penyakit karat dan busuk batang. Potensi hasilnya mencapai tujuh ton per hektar, dapat menyamakan varietas Bioguma. Dengan nilai indeks glikemik yang rendah juga dapat dijadikan alternatif pangan sehat. IPB University juga mengembangkan SORINFER, pakan komplit berbahan sorgum-indigofera yang diproduksi dalam skala pabrik mini.

“Dalam strategi pengembangan sorgum, perlu untuk mengidentifikasi dan melakukan pemetaan pengembangan sorgum. Karena produk ini kompetitif dengan jagung, sehingga lahan yang digunakan lebih baik lahan-lahan kering yang kualitasnya di bawah (lahan) jagung atau lahan bekas tambang,” tambahnya.

Strategi lainnya, imbuhnya, adalah peningkatan teknologi produksi sorgum dan riset teknologi pengolahan sorgum sehingga lebih mendorong industrialisasi. “Fasilitasi industri sorgum perintis yang perlu dukungan atau insentif dari pemerintah. Sinergi kebijakan sehingga dalam penanaman skala besar sudah diarahkan pengolahan dan pemasarannya. Agar lebih mudah, sinergi ini dilakukan dengan menggunakan strategi pilot area,” tandasnya. (**/Zul) – Kumparan.com