Mahasiswa IPB Mengembangkan Bioreaktor Canggih untuk Meningkatkan Produksi Mikroba Agens Hayati
Di tengah kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian yang sehat, aman, dan berkelanjutan, tren pertanian organik di Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini tercermin dari peningkatan signifikan luas lahan pertanian organik dari tahun ke tahun. Menurut (SPOI, 2019) jumlah luas lahan pertanian organik di Indonesia pada tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 65% yaitu dari 126.041,39 hektar menjadi 208.042,62 hektar kemudian pada tahun 2018 meningkat sebesar 21% menjadi 251.630,98 hektar. Peningkatan lahan pertanian organik ini menunjukkan bahwa petani dan konsumen semakin ingin beralih ke budidaya yang ramah lingkungan dan bebas dari senyawa kimia sintetik berbahaya. Namun, sampai saat ini belum ada infrastruktur yang mampu menunjang kebutuhan pertanian organik secara mudah dan efisien.
Menyadari tantangan dan peluang dalam pertanian organik, sekelompok mahasiswa IPB University yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Karya Inovatif (PKM-KI) telah berhasil menciptakan sebuah inovasi yaitu MIRACLE (Microbial Rapid Growth Cycle) sebagai solusi intensifikasi produksi mikroba agens hayati pada skala UMKM. Mereka menciptakan alat bioreaktor untuk meningkatkan produksi mikroba agens hayati sekaligus menciptakan instrumen alat untuk mendukung keberlanjutan pertanian organik di Indonesia.
MIRACLE merancang bioreaktor yang mampu memproduksi mikroba agens hayati dengan kapasitas 35 liter dilengkapi dengan sistem otomatisasi sehingga proses produksi menjadi lebih efisien. Salah satu keunggulan utama dari alat ini adalah kemampuannya untuk memproduksi mikroba dari dua kelompok utama, yaitu aerob dan anaerob. Mikroba aerob seperti Trichoderma, Bacillus, dan Beauveria, yang telah dikenal luas dalam mendukung pertanian organik dan dapat diproduksi dengan lebih efisien.
Salah satu anggota MIRACLE menjelaskan bahwa tujuan utama dari pengembangan bioreaktor ini adalah untuk meningkatkan efisiensi produksi mikroba agens hayati dibandingkan dengan metode konvensional. “Kami berharap teknologi ini tidak hanya akan meningkatkan produksi pangan organik yang lebih sehat, tetapi juga meningkatkan produktivitas tanaman secara keseluruhan,” Ungkap Indiv Sultana Binavsi, Ketua Tim MIRACLE IPB University pada Minggu 21 Juli 2024.
Alat bioreaktor ini tidak hanya memiliki potensi besar dalam mendukung pertanian, tetapi juga menawarkan solusi ekonomis. Dengan biaya investasi yang relatif rendah, bioreaktor ini dapat diimplementasikan dengan mudah oleh industri kecil atau petani untuk memproduksi mikroba agens hayati sesuai dengan kebutuhan mereka.
“Ini bukan hanya tentang meningkatkan hasil pertanian, tetapi juga dengan memberikan solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” tambahnya.
MIRACLE ini tidak hanya fokus pada aspek teknis, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial dari inovasi mereka. Mereka yakin bahwa bioreaktor ini dapat berperan penting dalam meningkatkan ketahanan pangan di tingkat komunitas, terutama di era permintaan akan pangan organik semakin meningkat.
Dengan potensi yang begitu besar, bioreaktor ini diharapkan tidak hanya akan mengubah paradigma dalam produksi mikroba agens hayati, tetapi juga menjadi model untuk pengembangan teknologi baru di sektor pertanian. Kemampuannya untuk beradaptasi dengan kebutuhan spesifik komunitas lokal membuatnya menjadi investasi berharga bagi industri dan petani yang berorientasi pada pertanian organik dan berkelanjutan.
Pembuatan alat ini dibimbing oleh Dr.Ir. Giyanto, SP., M.Si, Dosen Departemen Proteksi Tanaman IPB University. Anggota tim MIRACLE terdiri dari Indiv Sultana Binavsi, Amanda Febriyanti Nurdevi, Dinar Dewinta Maharani, Sukma Dimas Mahesta, dan Farhan Ali Alfarizi yang merupakan mahasiswa S1 IPB University.
Sebagai penutup, para mahasiswa IPB ini tidak hanya menciptakan sebuah alat, tetapi juga memulai sebuah perjalanan menuju masa depan pertanian yang lebih baik, lebih produktif, dan lebih berkelanjutan. Dengan terus mengembangkan ide-ide inovatif seperti ini, mereka membuktikan bahwa masa depan pertanian Indonesia bisa menjadi lebih cerah dan lebih berdaya saing global.