Logo

Daftar Berita

SEMINAR TUGAS AKHIR Mahasiswa S1 Departemen Proteksi Tanaman - Putri Salsabila

SEMINAR TUGAS AKHIR
Mahasiswa S1 Departemen Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian - IPB University

Nama: Putri Salsabila
NIM: A34180048

Judul Makalah: Analisis Kekerabatan Helicoverpa armigera Nucleopolyhedrovirus (HearNPV) menggunakan Gen DNA Polimerase

Dosen Pembimbing:
1. Dr. Ir. R Yayi Munara Kusumah, M. Si
2. Dr. Ir. Sugeng Santoso, M. Agr

Dosen Penguji: Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti, M. Agr 

Dosen Moderator: Dr. Ir. I Wayan Winasa, M. Si

Selasa, 1 November 2022 (PK. 13:00)
Ruang Sidang 1 - PTN

Dosen IPB University Mengadakan Pelatihan Identifikasi Semut Kepada Peneliti di PT. Great Giant Pineapple (Artikel IPB News)

Semut dapat berperan sebagai serangga yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan. Di PT Great Giant Pineapple (GGP), diketahui bahwa virus PLM dibawa oleh kutu putih dari spesies Dysmicoccus brevipes dan D. neobrevipes. “Mealybugs tidak bisa berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain dengan jarak yang cukup jauh. Penyebaran kutu putih dibantu oleh semut,” ujar Dr Tri Asmira Damayanti, MAgr, Dosen IPB University dalam pelatihan Identifikasi Semut di Plant Protection Laboratory, PT Great Giant Pineapple (GGP), beberapa waktu lalu.

Pelatihan ini merupakan bagian dari kegiatan Kedai Reka Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yang diketuai oleh Dr Tri. Adapun peserta yang hadir adalah peneliti dari PT GGP sebanyak 12 orang.

Basuki, Head of RnD Crop Protection PT GGP, mengatakan semut memiliki peran tersendiri dalam proses penyebaran kutu putih yang nantinya bisa menjadi vektor virus PLM pada nanas. Diketahui virus PLM yang menyerang nanas dapat menurunkan kualitas buah dan bobot buah hingga 50 persen.

Menurutnya, serangan virus yang disebarkan oleh semut juga berbahaya karena banyak serangan di lapangan yang tidak menunjukkan gejala (symptomless), tetapi sudah terdeteksi adanya serangan virus. Potensi kehilangan hasil akan lebih tinggi karena sulitnya deteksi tanpa gejala.

“Nanas yang tidak menunjukkan gejala lebih berbahaya karena kutu putih dapat menyedot sari tanaman dari buah nanas yang terserang PLM dan semut dapat menyebarkannya ke perkebunan nanas yang lebih luas. Untuk itu, pelatihan semut menjadi salah satu hal penting dalam keberhasilan PLM. pengendalian penyakit pada nanas,” imbuhnya.

Dalam pelatihan ini hadir Dr. Idham Sakti Harahap dan Nadzirum Mubin, SP, MSi dari Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB University sebagai narasumber.

Menurut dr Idham, semut berperan penting dalam proses penyebaran kutu putih. Kutu putih yang masih kecil akan dibawa dan digerakkan semut untuk mencari perkebunan nanas baru.

“Kutu putih mendapat manfaat dari perlindungan dari semut, sementara semut mendapat manfaat dari embun madu yang dihasilkan oleh kutu putih. Hubungan kutu putih dengan semut merupakan perilaku yang saling menguntungkan atau biasa disebut dengan hubungan simbiosis mutualisme,” jelasnya.

Sementara itu, Nadzir, salah satu dosen muda IPB University menjelaskan, sekitar 10 spesies semut telah berhasil diidentifikasi dalam pelatihan ini. Mereka adalah Odontomachus sp, Polyrhachis sp, Pheidole sp, Solenopsis sp, Ponera sp, Nylanderia sp, Tapinoma melanocephalum, Technomyrmex sp, Anoplolepis gracilipes dan Monomorium pharaonic.

“Semut yang berhasil diidentifikasi adalah semut yang ditemukan di perkebunan nanas PT GGP. Beberapa semut ini berasosiasi langsung dengan kutu putih dan ada juga yang tidak,” jelas Nadzir.

Dari pelatihan ini, Nadzir berharap peneliti riset dari GGP mampu mengenali perilaku dan mampu mengidentifikasi semut. Baik semut yang berasosiasi dengan kutu putih maupun yang tidak.

“Dengan mengetahui perilaku dan jenis semut di lapangan, tindakan pencegahan dan pengendalian juga dapat dilakukan dengan cepat dan tepat,” ujarnya. (**/Zul-IPB News)

Peran Semut dalam Lingkungan dan Pertanian Ternyata Luar Biasa, Simak Penjelasannya dari Profesor IPB University (Artikel IPB News)

Semut seringkali dipandang negatif karena keberadaannya dianggap mengganggu manusia. Padahal, serangga ini tergolong pintar. Teknik bertahan hidupnya dapat menjadi pelajaran bagi manusia untuk diterapkan di berbagai bidang. Bahkan perannya di bidang lingkungan dan pertanian jarang terdengar oleh masyarakat.

Semut memiliki kemampuan membangun sarang koloni di bawah tanah dan dapat bertahan hingga berabad-abad. Sistem terowongan bawah tanah yang dibangun juga tidak mudah runtuh. Teknik ini kemudian dipelajari oleh manusia dalam membangun ekskavasi.

“Seharusnya manusia dapat memandang semut dari sisi berbeda, sebagai inspirasi kehidupan. Seperti bagaimana membuat algoritma dalam pembuatan terowongan atau ekskavasi dalam tanah hingga dapat aman,” ujar Prof Damayanti Buchori, Guru Besar Departemen Proteksi Tanaman IPB University dalam Pelatihan Identifikasi Semut oleh Perhimpunan Entomologi Indonesia, (23/09).

Di samping itu, imbuhnya, bangunan semut dapat ditiru oleh manusia, misalnya dalam membangun struktur menara atau sistem ventilasi bangunan. Umur semut sudah mencapai jutaan tahun lalu dibanding manusia. Evolusinya sudah jauh lebih berkembang sehingga manusia tidak boleh menyepelekan kemampuan semut.

Ketua Pusat Ilmu Transdisiplin dan Keberlanjutan (CTSS) IPB University ini juga menjelaskan perilaku semut sudah banyak dipelajari. Misalnya sistem navigasi dalam kelompoknya yang tidak pernah menimbulkan kemacetan dan tabrakan. Perilaku semut ini sedang dipelajari dalam pengembangan algoritma driverless car atau mobil tanpa supir.

“Sebuah hal yang tidak terduga bahwa perilaku serangga justru banyak dilihat sebagai ilmu baru dikembangkan oleh orang-orang komputer dan Informasi dan teknologi (IT). Jadi ayo jangan ragu-ragu belajar perilaku serangga. Kini masih sangat sedikit yang mempelajarinya di Indonesia, karena rahasia masa depan AI (Artificial Intelligence) ada di serangga,” ajaknya kepada para mahasiswa.

Kehebatan lainnya, tambahnya, adalah dalam mengambil beban yang lebih berat 20 kali ukuran tubuhnya, bahkan hingga 100 kali. Dalam kehidupannya, interaksi dengan lingkungan bisa bersifat positif atau mutualisme dengan tanaman maupun serangga lain. Interaksi ini banyak membuka wawasan terkait manfaat semut bagi lingkungan.

“Peranan semut juga dipakai untuk proses pengobatan. Semut dianggap dapat meredam bengkak karena mengandung anti inflamatory. Pengobatan ini mungkin saja menjawab krisis antibiotik, dimana manusia semakin resisten terhadap obat antibiotik buatan manusia,” ujarnya.

Menurutnya, semut juga mampu meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah dan aerasi. Mampu membunuh serangga hama seperti ulat, kutu-kutuan, lalat, belalang sehingga dapat menjadi sahabat petani.

“Sebagai decomposer, semut juga luar biasa. Bahkan bisa menjadi hewan penyerbuk. Seharusnya kita dapat belajar dari semut karena sangat mirip dengan kita, yakni dalam menjaga kehidupan yang harmonis yang harus kita pelajari,” tutupnya. (MW/Zul-IPB News)

Dosen IPB University: Deteksi Nematoda Jadi Langkah Awal Pengendalian Ancaman Penyakit pada Benih Pajale (Artikel IPB News)

Ancaman penyakit pada benih tanaman tidak hanya disebabkan oleh virus, serangga hama, maupun bakteri. Nematoda parasit pada pajale (padi, jagung, dan kedelai) juga dapat menjadi penyebab gagal panen. 

Fitrianingrum Kurniawati, MSi, Dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman - Fakultas Pertanian mengatakan dalam pendeteksian nematoda ini terdapat tiga hal yang harus dilakukan dengan tepat. Yakni metode pengambilan contoh, metode ekstraksi nematoda dan identifikasi dari segi morfologi dan morfometri maupun molekuler, bila dibutuhkan.

Menurutnya, tujuan sampling adalah untuk mendeteksi ada atau tidaknya nematoda pada populasi pertanaman. Bisa dilakukan untuk pendugaan populasi dan distribusi sehingga dapat dilakukan pengendalian bila mencapai ambang batas. Sampling juga dapat memberikan informasi terkait biologi dan ekologi dari nematoda target.

“Tentu, harus dilakukan secara efisien dan dilakukan berdasarkan kesesuain metode,” ujarnya.

Dikatakannya, sampling dapat dilakukan dengan pola zig-zag, diagonal, maupun acak sistematis, tergantung tujuan dan kebutuhan. Penanganan sampelnya harus dilakukan dengan tepat karena nematoda sangat sensitif terhadap lingkungan sehingga mudah mati.

“Kalau nematoda memiliki gejala khas di lapang, kita dapat melakukannya dengan metode purposive sampling, mengambil sampel yang sudah diketahui ciri-ciri khususnya. Namun pada benih cenderung sulit karena gejalanya tidak khas,” sebutnya dalam Webinar “Pendeteksian dan Pengendalian Nematoda Parasit Tumbuhan pada Benih Padi, jagung, dan Kedelai” Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH) Kementerian Pertanian, (23/9).

Ia menambahkan, teknik ekstraksi yang dilakukan berdasarkan gerakan nematoda ada dua, yakni corong Baermann dan pengabutan. Karena nematoda target harus bergerak, untuk nematoda yang terbawa media pembawa harus diaktifkan kembali sesuai kondisi asal-usulnya atau ketika memasuki fase dorman. Sedangkan ekstraksi nematoda dari sampel tanah bisa dilakukan dengan metoda flotasi sentrifugasi.

“Selanjutnya pembuatan preparat dapat disesuaikan dengan kebutuhan, bisa sementara maupun permanen. Terakhir, identifikasi nematoda dilakukan dengan pengamatan ciri morfologi kunci dan morfometri. Identifikasi juga dapat dilakukan secara molekuler,” tambahnya. (MW/Zul-IPB News)