Logo

Daftar Berita

Webinar PTN 04: Mekanisme Regulasi Pengendalian Penyakit Tanaman: Studi Kasus Bakteri Patogen Tumbuhan

“Eksklusi adalah cara pertama pada prinsip pengendalian penyakit tanaman, dimana eksklusi sendiri adalah mencegah masuknya patogen ke suatu wilayah atau pertanaman”. Pengertian tersebut menjadi pembuka dari Dr. Abdjad Asih Nawangsih dalam Webinar PTN 04 “Mekanisme Regulasi Pengendalian Penyakit Tanaman: Studi Kasus Bakteri Patogen Tumbuhan” yang diselenggarakan oleh Departemen Proteksi Tanaman (PTN), Fakultas Pertanian – IPB University pada Kamis, 1 Juli 2021 via Zoom meeting dan disiarkan langsung pada kanal youtube Departemen Proteksi Tanaman – IPB University.

Webinar ini menampilkan tiga pembicara dengan tema yang berbeda-beda, pembicara pertama adalah Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si beliau merupakan dosen PTN, membawakan materi tentang “Penerapan Prinsip Eksklusi dalam Pengendalian Penyakit Tanaman”; pembicara kedua adalah Haerani, S.P., M.Si yang merupakan Analis Perkarantinaan Tumbuhan BBKP Tanjung Priuk dan juga Alumni Program Magister PS Fitopatologi PTN – IPB University yang membawakan tema “Deteksi dan Identifikasi Dickeya sp. Sebagai OPT Karantina pada Tanaman Kentang di Jawa”; Pembicara ketiga adalah Joni Hidayat, S.P., M.Si yang merupakan Analils Perkarantinaan Tumbuhan Muda BUTTMKP dan juga Mahasiswa Program Doktor PS Fitopatologi PTN – IPB University dengan yang membawakan tema “Perlakuan Karantina  Tumbuhan untuk Eliminasi Bakteri pada Komoditas Pertanian”.

Versi lengkap dari Webinar PTN 04: Mekanisme Regulasi Pengendalian Penyakit Tanaman: Studi Kasus Bakteri Patogen Tumbuhan bisa di lihat pada video dibawah:

#PTNkeren #DokterTanamanIPB #KarantinaTanaman #BakteriTanaman #IPBUniversity

Webinar PTN 03: Manajemen Tikus Terpadu: Pendekatan Ekologi, Ekonomi, dan Sosiokultural

“Tikus (Rodentia) adalah ordo mamalia yang menguasai bumi sebanyak 40% dari jumlah 5000 spesies mamalia lainnya, namun hanya tiga spesies yang merugikan manusia diantaranya adalah Rattus tanezumi (Tikus Rumah), Rattus tiomanicus (Tikus Pohon), dan Rattus agentiventer (Tikus Sawah)”. Berikut merupakan fakta mengenai tikus yang disampaikan oleh Dr. Swastiko Priyambodo dalam Webinar PTN 03 yang bertajuk “Manajemen Tikus Terpadu: Pendekatan Ekologi, Ekonomi, dan Sosiokultural” yang diselenggarakan oleh Departemen Proteksi Tanaman (PTN), Fakultas Pertanian – IPB University pada Kamis, 17 Juni 2021 via Zoom meeting dan disiarkan langsung pada kanal youtube offical PTN.

Webinar ini menampilkan tiga narasumber atau pembicara dengan tema yang berbeda-beda, narasumber pertama adalah tadi, yaitu Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, M.Si beliau merupakan dosen PTN, membawakan materi tentang Fakta luar biasa tentang tikus dan pengelolaannya; narasumber kedua adalah Dr. Nur’Aini Herawati, S.Si, M.Sc beliau merupakan staf Bala penelitian tanaman aneka kacang dan umbi (Malang) yang membawakan tema Pengendalian tikus berbasis pendekatan aspek bioekologi; Narasumber ketiga adalah Ferril Muhammad Nur yang merupakan mahasiswa program magister Entomologi dengan peminatan pengendalian hama terpadu yang membawakan tema Burung hantu: Lebih sahata petani.

Versi lengkap dari Webinar PTN 03: Manajemen Tikus Terpadu: Pendekatan Ekologi, Ekonomi, dan Sosiokultural bisa di lihat pada video dibawah:

#PTNkeren #DokterTanamanIPB #ManajemenTikus #IPBUniversity

Begini Cara Mengatasi Rumah Diganggu Tikus Menurut Ahli IPB, Gampang Dilakukan!

JURNAL MEDAN - Anda memiliki masalah dengan tikus yang berkeliaran di rumah?, tenang ini ada solusi dari Dr. Swastiko Priyambodo selaku Ahli tikus dari IPB (Institut Pertanian Bogor).

Menurut Swastiko, tikus adalah salah satu hewan yang 'menguasai' permukaan bumi karena jumlahnya yang sangat banyak.

Swastiko mengatakan, hewan yang memiliki nama latin Rodentia adalah jenis ordo terbesar dan mencakup 40 persen  jumlah spesies terbanyak.

Tak heran, jika tikus saat menjadi salah satu hewan hama yang paling sering bersarang di rumah atau gorong-gorong dan mengganggu kenyamanan, karena kerap merusak perabotan rumah.

Meski begitu, kata Swastiko, hanya sembilan spesies tikus saja yang menjadi hama. Dari sembilan spesies tersebut, hanya Rattus norvegicus (tikus riul), Rattus rattus diardii (tikus rumah) dan Mus musculus (mencit rumah) yang bersifat kosmopolit (dapat hidup dan berkembang di seluruh dunia).

“Tiga tikus inilah yang sering kita jumpai di rumah dan sering mengganggu aktivitas kita di rumah,” papar Swastiko dirangkum dari laman IPB dikutip Jurnal Medan, Senin, 7 Juni 2021.

Sebagai langkah awal pengendalian tikus, dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman itu menyarankan untuk melakukan inspeksi tanda kehadiran tikus di rumah.

Inspeksi tersebut, kata dia, dapat dilakukan mulai dari melihat feses atau kotoran, kerusakan yang ditimbulkan, sarang tikus, suara tikus, jejak kaki dan ekor tikus, tanda atau noda olesan, jalan tikus, serta urin dan ekskresi bau baik yang hidup maupun yang sudah mati.

Sementara pengendalian tikus, lanjut dia, dapat dilakukan dengan berbagai metode.

Di area rumah atau permukiman, Swastiko mengandalkan teknik sanitasi, fisik-mekanis dan kimiawi untuk mengendalikan tikus.

1. Tidak menumpuk sampah makanan

Kegiatan sanitasi, kata dia, dapat dilakukan dengan membersihkan berbagai macam pemicu munculnya tikus terutama sumber daya tikus. Sumber daya tikus itu adalah makanan dan sarang yang menjadi komponen utama, karena tikus akan menghuni suatu habitat karena di habitat tersebut tersedia makanan dan sarang.

“Kalau pengendalian mekanis, yang efektif kita terapkan adalah mencegah tikus supaya tidak masuk ke dalam bangunan. Dengan cara menutup rapat celah-celah yang ada di bangunan dengan bahan yang kuat yang tidak dapat digerogoti tikus terutama bahan logam,” jelas Swastiko.

2. Gelombang elektromagnetik

Cara lainnya adalah dengan mengusir tikus menggunakan gelombang elektromagnetik, suara ultrasonik. Metode pengusiran menggunakan suara ultrasonik, kata Swastiko, dapat memanfaatkan suara jangkrik.

“Kalau menggunakan suara, tikus akan berusaha mencari sumber suara dan berusaha supaya suara tersebut tidak berbunyi lagi, sementara kalau menggunakan bahan rempah, tingkat efektivitasnya belum sampai 100 persen dan baru bisa mengusir tikus untuk sementara waktu saja,” terangnya.

3. Gunakan rempah

Sementara bahan rempah yang dapat digunakan untuk mengusir tikus antara lain seperti bawang putih, merica, cabai rawit, dan bintaro.

4. Kimiawi

Adapun untuk pengendalian kimiawi, penggunaan rodentisida (bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat) dinilai lebih efektif.

5. Perangkap

Penggunaan perangkap, lanjut Swastiko, cara ini cukup efektif digunakan untuk mengendalikan tikus, mulai dari perangkap hidup (life trap) maupun perangkap mati (dead trap).

Saat akan digunakan ulang, perangkap dapat dicuci menggunakan sabun, air panas maupun air cucian beras untuk menghilangkan bekas feromon sehingga tidak dicurigai oleh tikus lain.

Perangkap perlu menggunakan umpan yang menarik bagi tikus seperti kelapa bakar, selai kacang maupun makanan yang tinggi protein seperti daging.

Perangkap tersebut dapat diletakkan pada tempat yang bervariasi dan tidak hanya berfokus pada satu tempat saja. Perangkap bisa diletakkan jalur tikus maupun tempat yang menarik bagi tikus.***

Artikel oleh:

Dedi Hidayat (JURNAL MEDAN)

 

#DokterTanaman #DokterTanamanIPB #Tikus #urbanpest

Dokter Tanaman IPB Sambangi Petani Subang, Mencari Solusi Hama Penggerek Batang dan Salinitas Padi

Subang, Villagerspost.com – Dokter Tanaman IPB University, Dr. Suryo Wiyono kembali melakukan blusukan ke daerah-daerah, menyapa para petani dan mencari solusi masalah pertanian. Kali ini, Suryo, mengunjungi para petani di Blanakan, Subang, Jawa Barat.

Di kawasan ini, Suryo berdiskusi dengan 15 orang perwakilan petani dari berbagai desa di kecamatan tersebut. Salah satu yang menjadi topik pembahasan adalah masalah serangan hama pengerek batang dan salinitas atau kadar garam tanaman padi.

Salinitas menjadi permasalahan karena persawahan daerah Blanakan terletak di kawasan pantai utara Subang. “Karena lokasinya tersebut tersebut petani padi menghadapi masalah kadar garam tinggi atau salinitas,” kata Suryo.

Selain itu di daerah tersebut, serangan penggerek batang sering membuat petani merugi karena kehilangan hasil cukup besar. Menurut petani Blanakan, serangan penggerek batang dan salinitas lebih berat pada musim gadu atau musim kemarau.

Dalam diskusi yang dipandu Kepala UPTD Pertanian Blanakan Mad Anwar, SP itu, Suryo memaparkan berbagai hal untuk mengatasi kedua masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan cara mempelajari perilaku, biologi dan strategi dari hama penggerek batang.

“Salah satu cara mengatasinya adalah dengan melakukan pengumpulan telur hama penggerek batang di persemaian dan melakukan bioimunisasi,” terang Suryo.

Bioimunisasi ini merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan IPB dan akan diterapkan oleh petani Blanakan. “Bioimunisasi merupakan peningkatan ketahanan padi terhadap serangan hama atau pathogen dengan, salah satunya dengan perlakuan cendawan endofit,” papar Suryo.

Untuk mengatasi masalah salinitas, Dokter Tanaman yang juga merupakan Ketua Umum Gerakan Petani Nusantara itu mengatakan pihaknya juga akan melakukan uji bersama teknologi terbaru berbasis mikrobiologis yang dikembangkan IPB.

“IPB telah mengembangkan bakteri anti salinitas. Bakteri tersebut adalah strain khusus dari Bacillus yang telah diteliti dan diuji di laboratorium. Kedua teknologi tersebut diujicobakan pada lahan seluas 10 hektare,” ujar Suryo.

Editor: M. Agung Riyadi

 

#DokterTanaman #DokterTanamanIPB #HamaPenggerekBatangPadi #Subang #SalinitasPadi