Logo

Daftar Berita

HIMASITA IPB University Menggelar Webinar JPTI 2021

Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) IPB menggelar kegiatan Webinar Jambore Perlindungan Tanaman 2021 dengan tema “Food System : Impementasi Agroekologi untuk Pertanian Berkelanjutan”. Kegitan ini merupakan program kerja Divisi Keprofesian HIMASITA dan diselenggarakan selamat satu tahun sekali. Webinar JPTI diselenggarakan pada hari Sabtu, 06 November 2021 yang dihadiri oleh 101 orang peserta yang terdiri dari mahasiswa IPB University, Politeknik Negeri Jember, Universitas Sriwijaya, Universitas Brawijaya, Universitas Gadjah Mada, Universitas Lampung, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Universitas Hasanuddin, Universitas Airlangga, Universitas Syiah Kuala, Duta Petani, Petani, dan masyarakat umum. Pembicara yang hadir dalam kegiatan Webinar JPTI “Food System : Impementasi Agroekologi untuk Pertanian Berkelanjutan” yaitu  David Ardhian yang merupakan CTSS IPB University food system analyst, Dr. Ir Suryo Wiyono yang merupakan dosen Departemen Proteksi Tanaman IPB University dan Susanto yang merupakan Duta Petani Andalan Kementerian Pertanian RI Korwil Jatim.

Kegiatan dibuka oleh MC yaitu Reza Rama Gunada mahasiswa PTN 55 dan Nisa Aulia Arrahmah mahasiswa PTN 56 kemudian dilanjutkan pembacaan tilawah oleh Dede Nasrudin mahasiswa PTN 55 selanjutnya menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne IPB. Penyampaian sambutan Mulia Restafiani sebagai Ketua Pelaksana JPTI dilanjutkan sambutan oleh Sambutan Ketua Departemen Proteksi Tanaman oleh Bapak Ali Nurmansyah, M.Si dan sambutan oleh Bapak Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian. Acara dilanjutkan oleh Moderator yaitu Rizal Ramadhan mahasiswa Proteksi Tanaman angkatan 55 sekaligus pengenalan pembicara. Acara pertama dimulai dengan pemaparan materi oleh Bapak David Ardhian, mengenai Kajian Kritis terhadap Food System: Keberlajutan Pangan dan Pertanian. Beliau menyampaikan bahwa mengenai situasi sistem pangan di Indonesia serta berbagai isu yang dialami. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa produksi pangan pokok di Indonesia relatif stabil, namun terjadinya kenaikan harga secara terus-menerus selama beberapa waktu terakhir. Selain itu, produksi pangan masih terfokus pada karbohidrat sedangkan konsep swasembada pangan berbasis nutrisi masih belum berjalan. Padahal kebutuhan pola pangan protein hewani, vitamin dan mineral masih kurang terpenuhi. Adanya peningkatan food security, namun masih rendahnya skor pada aspek quality and safety serta natural resources resilience. Rentan terhadap income shocks, adanya ancaman bencana yang cukup tinggi, isu kesejahteraan petani dan berbagai isu lainnya. Beliau juga memberikan beberapa usulan solusi terkait permasalahan pertanian di Indonesia diantaranya dilakukan game changer solution berbasis agroekologi, dilakukan reformasi kebijakan subsidi input (pupuk kimia) menuju keberlanjutan, membangun ekosistem bisnis hilir, mengurangi susut dan limbah pangan serta mendorong terjadinya sustainable consumption.

Acara kedua dilanjutkan pemaparan materi oleh Bapak Dr. Ir Suryo Wiyono dengan pembahasan Agroekosistem Kuat - Produksi Pangan Kuat. Beliau menyampaikan adanya kesalahpahaman di masyarakat umum terhadap hubungan pertanian dan lingkungan. Salah besar jika terdapat anggapan bahwa untuk membangun pertanian harus mengobarkan lingkungan. Adanya penggunaan pestisida yang dianggap dapat membantu meningkatkan produksi pertanian di masyarakat merupakan salah satu contoh anggapan yang kurang tepat tersebut. Lebih lanjut, Beliau membahas mengenai keterkaitan pertanian dan lingkungan. Pertanian dapat mempengaruhi lingkungan seperti aktivitas panen, pengolahan lahan, berbagaivarietas tanaman serta penggunaan pestisida. Begitu pula dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi kegiatan pertanian seperti kualitas dan kuantitas air, kapasitas lingkungan secara alamiah dalam menyediakan pengendali hama dan penyakit, adanya mikroba dan fauna yang mempengaruhi kualitas tanah, faktor iklim yang menentukan kesesuaian habitat tiap jenis tanaman serta serangga pollinator. Kesimpulan dari pembasan Beliau yaitu agrosistem yang sehat merupakan faktor kritis produksi pangan. Perlu adanya perubahan mindset, antara pertanian dan lingkungan tidak dapat diperkekangkan. Pertanian yang kuat tentu membutuhkan lingkungan yang sehat juga. Sangat diperlukannya perndekatan agroekologi untuk mencapai produksi pangan yang berkelanjutan. Terakhir, perlu adanya strong policy support.

Acara ketiga dilanjutkan dengan pemaparan materi Peran Teknologi Tepat Guna oleh Bapak Susanto. Beliau menyampaikan bahwa perbedaan pertanian di daerah tropis dan sub tropis. Pada daerah sub tropis, alam dapat membantu terjadinya pemutusan serangan hama. Hal ini dikarenakan adanya perubahan musim pada daerah sub tropis. Musim dingin dianggap dapat memutus siklus hama. Namun pada saat musim dingin kegiatan pertanian menjadi terbatas sehingga dibutuhkan greenhouse agar kegiatan pertanian dapat terus berlangsung selama musim dingin. Tidak seperti daerah tropis yang hanya terdiri dari dua musim yaitu musim panas dan musim hujan, sehingga kegiatan pertanian dapat berlangsung sepanjang tahun. Namun dampak negatifnya, siklus hama pun akan terus berlangsung sepanjang tahun. Berdasarkan hal ini, maka petani diwajibkan untuk mengetahui dan memahami siklus hama. Pemahaman ini dapat membantu petani untuk memutus siklus hama. Hama sendiri dapat berasal dari segala penjuru dan dapat munculnya sewaktu-waktu. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu adanya teknologi untuk mengatasinya. Langkah awal perlu dilakukannya monitoring pada lahan pertanian. Kegiatan ini dapat dibantu dengan pemasangan lampu-lampu pada tiap petak lahan. Setelah dilakukan monitoring, petani dapat melanjutkan pengendalian hama dengan pemasangan perangkap. Salah satu perangkap yang dapat digunakan yaitu light trap insect yang dapat dipasang pada lahan dengan dua macam sumber energi yaitu panel surya dan energy listrik. Perangkap yang berdasarkan sumber energy listrik harus dilakukan perancangan dengan menggunakan arus DC untuk menghindari adanya dampak buruh terhadap pertanian. Selain itu, diperlukannya mulsa untuk menjaga kelembaban dan menjaga agar petani tidak menggunakan herbisida. Beberapa hama yang berhasil dikendalikan yaitu kupu-kupu/ngenggat, wereng batang coklat, trips, orong orong/anjing tanah, kis-kisan, kepinding tanah, dan serangga malam. Perangkap ini dapat diterapkan pada beberapa komoditas seperti bawang merah, padi, kopi, coklat, kubis, cabe, dan salak.

Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi yang terdiri dari tiga termin. Pertanyaan pertama pada termin satu membahas mengenai tentang hama wereng yang di kenal orang Jawa potong leher yang masih menyerang beberapa varietas benih padi dan pengendaliannya serta bagaimana cara menghilangkan hama tikus yang efektif oleh saudara Ahmad Muntholib. Berdasarkan Bapak Suryo Wiyono solusi yang diberikan yaitu untuk pengendalian dengan dilakukannya PHTB intensif seperti imunisasi, pengembalian jerami, optimalisasi pemupukan serta menghindari penggunaan pestisida. Untuk tikus dapat menggunakan trap barrier system, di Subang teknik pengendalian ini sangat efektif untuk mengendalikan hama tikus. Pada termin kedua pertanyaan pertama membahas mengenai praktik budidaya pertanian dengan berbagai bidang pertanian lainnya seperti sistem agroforestri, apakah serangan hama maupun penyakit lebih tinggi sehingga bisa menurunkan produksi dan jika dilakukan pengendalian tampaknya lebih kompleks berbagai elemen yang harus diperhatikansaudari Shilfa Novianti. Berdasarkan pendapat Bapak Susanto dengan adanya agroforesti diharapkan dapat membangun kelembagaan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani. Sementara kelembagaan-kelembagaan yang ada di Indonesia masih berbasis daerah bukan berbasis masalah. Pertanyaan kedua membahas program food estate yang dilakukan di Indonesia dan bagaimana pendapat pemateri mengenai sikap dan kebijakan pemerintah untuk menjaga lingkungan hidup di Indonesia oleh saudara Angger Rizky Firdaus. Berdasarkan jawaban Bapak David perlu adanya keterlibatan semua pihak dan konsensus multipihak yang berarti upaya yang dipilih harus berdasarkan satu kesepakatan. Mengenai food estate sentra produksi tidak hanya berada di Jawa namun harus tersebar di berbagai daerah. Pembangunan food estate perlu dilakukan secara inklusif, pengendalian perlu diarahkan ke sustainability dan adanya pengembangan sentra produksi pangan yang dilakukan oleh kementerian. Sehingga berdasarkan hal ini, kebijakan yang dilakukan pemerintah agar berjalan dengan baik dan dapat menjadi solusi jika aspek-aspek tersebut diperbaiki. Berdasarkan jawaban Bapak Suryo Wiyono dikatakan bahwa jika ekosistem memiliki cakupan yang luas, sehingga semua support berpengaruh terhadap produktifitas dan keberlangsungan sistem pertanian. Adanya kerusakan diluar sistem agroekosistem alami tidak dapat dihindarkan karena adanya keterkaitan antara tiap agroekosistem lainnya. Perlu adanya kesadaran masyarakat yang tinggi untuk mendorong pemerintah agar dapat mendukung ekosistem dan agroekosistem yang kuat. Sesi diskusi dilanjutkan pada termin ketiga. Pertanyaan pertama membahas hal apa yang mempengaruhi ketidakefektifan perangkap hama tersebut beserta solusinya dan apa saja perlu diperhatikan sebelum memasang perangkap hama di lahan oleh saudari Sella Oktavia. Berdasarkan pendapat Bapak Susanto keefektian perangkap hama perlu dilakukan penyesuaian komoditas yang dituju dan analisis mengenai teknik penggunaan perangkap. Selain itu, petani harus mengetahui siklus hama. Pengendalian menggunakan lampu sendiri perlu berbasis hamparan untuk target jangka waktu panjang. Perangkap harus diterapkan 1 minggu sebelum masa tanam. Pertanyaan kedua membahas mengenai teknis strategi berdasarkan mitos orang Jawa tentang memelihara kambing, sapi dan ayam dalam satu hamparan oleh saudara Sumarno. Berdasarkan pendapat Bapak Susanto penggunaan kotoran ternak tidak dapat diterapkan secara langsung. Perlu adanya rumah kompos untuk memproses pupuk organik lebih lanjut sebelum penggunaan ke lahan. Pembangunan rumah kompos perlu dalam satu komplek hamparan dengan lahan agar penggunaan pupuk dapat dilakukan dengan efektif dan mengurangi biaya dalam pemberian pupuk.

Setelah sesi diskusi kemudian dilanjutkan dengan closing statement oleh tiap pembicara dan penyampaian kesimpulan oleh moderator. Acara dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat kepada pembicara dan dokumentasi seluruh peserta yang hadir. Setelahnya dilakukan kegiatan hiburan bagi seluruh peserta dan pembagian doorprize. Acara ditutup pemberian salam oleh MC.

Kegiatan Webinar Jambore Perlindungan Tanaman Indonesia dengan tema “Food System : Impementasi Agroekologi untuk Pertanian Berkelanjutan” mendapatkan respon baik dari peserta. Peserta terlihat antusias selama mengikuti kegiatan webinar. Melalui kegiatan Webinar Jambore Perlindungan Tanaman Indonesia kami berharap peserta memdapatkan pengetahuan dan wawasan tentang food system dalam upaya mewujudkan pertanian berkelanjutan dan tercapainya SDGs 2030 serta dapat menjadi sarana bagi mahasiswa, petani, dan semua pihak yang hadir untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait food system dan konsep agroekologi untuk pertanian berkelanjutan.                                             

#DokterTanamanIPB #JamborePerlindunganTanaman #JPTI #Webinar #PTNkeren #IPBuniversity

Nadzirum Mubin, The Best Young Scientist I pada Perhimpunan Entomologi Indonesia 2021

Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) pada ulang tahunnya yang ke-51 menyelenggarakan serangkaian kegiatan. Salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu Young Scientist Award yang dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Oktober 2021. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan panggung kepada peneliti muda agar berani tampil dan lebih dikenal oleh masyarakat secara lebih luas. Selain itu, PEI juga berharap besar kepada para peneliti muda yang nantinya meneruskan tongkat estafet penelitian-penelitian khusunya di bidang Entomologi.

Kegiatan Young Scientist Award ini diikuti oleh perwakilan dari berbagai cabang di PEI. Sebanyak 10 peneliti muda dikirimkan untuk berpartisipasi dalam ajang ini yaitu PEI cabang Makassar, Malang, Purwokerto, Bandung, Bogor, Palembang dan Padang.

Nadzirum Mubin, SP., MSi yang merupakan salah satu peneliti muda Departemen Proteksi Tanaman, IPB University mewakili PEI Cabang Bogor. Paparan yang dibawakan oleh Nadzir adalah tentang pengaruh ketertarikan dan kematian lebah klanceng (Tetragonula laeviceps) terhadap 2 jenis insektisida. Dalam paparannya, Nadzir menyebutkan bahwa insektisida jenis B (b.a. Spinetoram) memberikan tingkat ketertarikan yang tinggi (lebih dari 70%) pada pengujian olfactometri. Akan tetapi pada pengujian topical, insektisida B memberikan tingkat kematian sebesar 100% pada 48 jam setelah pengamatan (JSP). Hal ini menjadi dua sisi yang bertolak belakang, karena lebah memberikan tingkat ketertarikan yang tinggi pada suatu jenis insektisida tetapi lebah mengalami kematian ketika terkena insektisida tersebut.

Nadzir juga menyebutkan bahwa untuk menghasilkan 1kg madu, lebah harus berkunjung ke 5.7 juta bunga. Ketika tanaman terkontaminasi cairan insektisida, maka akan memberikan dampak bahkan dapat menyebabkan kematian. Kajian tentang dampak buruk insektisida terhadap serangga hama sudah umum dilakukan pengujian, akan tetapi dampaknya terhadap serangga bermanfaat (beneficial insect) belum banyak dikaji khususnya di Indonesia. Menjadi tantangan sekaligus peluang untuk dilakukan riset dengan skala yang lebih luas, pungkasnya.

Sebanyak 13 ketua PEI Cabang yang ikut berpartisipasi dalam penilaian para peneliti muda dalam ajang ini yaitu ketua Cabang PEI dari Ambon, Manado, Jambi, Palu, Makassar, Denpasar, Malang, Yogyakarta, Pontianak, DKI Jakarta, Pekanbaru, Sumatera Barat dan Palembang. Penilaian dilakukan berdasarkan cara penyajian, kedalaman materi, bahan presentasi, ketepatan waktu, dan cara menjawab dalam diskusi.

Berdasarkan hasil penjumlahan penilaian, NADZIRUM MUBIN, SP., MSi mendapatkan nilai tertinggi yaitu 437.08, disusul oleh juara 2 yaitu Rina Rachmawati, SP., M.Eng (perwakilan dari Malang) dengan nilai 435.38, dan juara 3 yaitu Dr. Yani Maharani, SP., MSi (perwakilan dari Bandung) dengan nilai 423.18. Nadzir mendapatkan penghargaan sebagai The Best Young Scientist I mengalahkan beberapa perwakilan dari PEI cabang lainnya. Penghargaan tersebut diumumkan pada kegiatan Sarasehan PEI pada hari Sabtu, 30 Oktober 2021.

#DokterTanamanIPB #YoungScientist #PEI #PTNkeren #IPBuniversity

 

Selamat Berkompetisi Kontingen PTN di PIMNAS XXXIV 2021

Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) merupakan kegiatan puncak pertemuan nasional perwujudan kreativitas dan penalaran ilmiah mahasiswa yang terjadwal secara akademik oleh perguruan tinggi dalam meningkatkan budaya kompetisi akademik dan unjuk prestasi di kalangan mahasiswa  yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi – Republik Indonesia didalam PIMNAS itu sendiri yang diperlombakan adalah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) itu sendiri adalah suatu wadah yang dibentuk oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi – Republik Indonesia dalam memfasilitasi potensi yang dimiliki mahasiswa Indonesia untuk mengkaji, mengembangkan, dan menerapkan ilmu dan teknologi yang telah dipelajarinya di perkuliahan kepada masyarakat luas. Program ini merupakan penerus dari Program Karya Alternatif Mahasiswa yang dibentuk pada tahun 1997, yang lalu berganti menjadi Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2001 demi memperluas cakupan dan mengurangi batasan bagi mahasiswa dalam berkreasi. Pada awalnya, PKM memiliki lima sub program, yaitu PKM-Penelitian (PKMP), PKM-Penerapan Teknologi (PKM-T), PKM-Kewirausahaan (PKM-K), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) dan PKM-Penulisan Artikel Ilmiah (PKM-I). Finalis dari masing-masing PKM akan dilombakan dalam Pekan Ilmiah Nasional.

Tahun ini PIMNAS akan berlangsung yang ke-34 diadakan di Universitas Sumatera Utara (USU) pada bulan Oktober 2021 selama lima hari, dalam helatan yang diadakan setahun sekali ini kontingen Departemen Proteksi Tanaman di wakili oleh dua tim yang akan berkompetisi, yaitu tim satu yang terdiri dari Widy Naftani dan Elyza Salsabila Zahra yang membawakan PKM berjudul “Berkebun kreatif dan asik dengan media Hidrogel dan pupuk cair sebagai pemecah stress dan kejenuhan pada anak” Tim kedua adalah tim yang terdiri dari Pahmi Idris dan Fachrunissa Rafika Putri yang membawakan PKM yang berjudul “Konsep Hunian Futuristik terintegrasi IoT sebagai upaya penanganan episentrum pandemi”  kedua tim PKM ini di bimbing oleh Bapak Bonjok Istiaji, S.P., M.Si

Kepada kedua tim diucapkan  selamat bertanding dan berkompetisi, semoga sukses mengharumkan nama Departemen Proteksi Tanaman dan IPB University!!

#DokterTanamanIPB #PIMNAS #PKM PTNkeren #IPBuniversity

Guest Lecture Series 07: Ira Sigar, Ph.D (Midwestern University, Illinois)

Standar kesehatan masyarakat yang semakin meningkat menggaungkan kembali paradigma “back to nature”. Riset terkait pemanfaatan tanaman obat untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit rutin dikaji oleh berbagai universitas dan lembaga penelitian terkait seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan publik. Aspek kajian yang relatif sama dari penelitian-penelitian tanaman untuk kesehatan manusia diharapkan dapat memberikan perspektif baru untuk kajian serupa di bidang kesehatan tanaman. Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB memanfaatkan peluang ini dengan mengadakan kuliah tamu dari dosen asing (Guest Lecture) Series 07 dengan tema “Potentials of Medicinal Plants for Disease Prevention and Cure” (23/9).

Ira Sigar, Ph.D pakar mikrobiologi dari Midwestern University, Illinois - Amerika Serikat mengemukakan bahwa fokus dari penelitiannya adalah menemukan bahan aktif dari tanaman yang berperan mengatasi permasalahan kesehatan dan dapat dikembangkan lebih lanjut. Tanaman yang sedang banyak menjadi perhatian adalah graviola atau sirsak (Annona muricata) yang mengandung beberapa bahan fitokimia, diantaranya annonaceous acetogenin (AGE) yang terbukti secara in vitro memiliki aktivitas antimikroba dan bersifat anti sel kanker.  Selain mekanisme pencegahan, terdapat mekanisme ‘disruption’ yang distimulasi oleh senyawa aktif graviola untuk mengganggu sistem signalling dari patogen terhadap titik penetrasi dan titik proses infeksi lainnya. Kajian ini perlu pendalaman yang lebih tinggi karena respons dari tiap-tiap bakteri patogen seperti Pseudomonas dan Klebsiella akan berbeda-beda terhadap aktivitas disrupsi ini yang tentunya akan menimbulkan potensi resistensi yang berbeda-beda.  Pakar dari Department of  Microbiology and Immunology ini juga mengemukakan bahwa untuk industrialisasi hasil penelitian semacam ini membutuhkan waktu yang sangat panjang dengan tidak mengabaikan aspek-aspek holistiknya termasuk optimasi konsentrasi dan dosis yang efektif untuk menekan penyakit tetapi juga tidak mengganggu populasi dan aktivitas dari flora normal yang ada di tubuh manusia.

“Pendekatan yang sama dari teknologi yang dikembangkan oleh Ira Sigar, Ph.D dapat dimanfaatkan juga oleh para peneliti di bidang kesehatan tanaman yang banyak bergelut dengan berbagai jenis patogen, diantaranya dari kelompok bakteri dan cendawan (fungi)”, ujar Dr. Giyanto, pakar bakteriologi tumbuhan yang memoderatori guest lecture ini. Meskipun merupakan bagian dari mata kuliah Resistensi Tanaman terhadap Penyakit Tumbuhan (FIT 722) dari Program Studi Fitopatologi IPB, guest lecture ini juga diminati oleh para mahasiswa dari program studi lain di IPB dan di luar IPB, serta para peneliti di berbagai lembaga penelitian. Departemen Proteksi Tanaman akan kembali mengadakan beberapa seri guest lecture berikutnya untuk memperkaya materi perkuliahan pada semester ganjil T.A. 2021/2022 ini.

#DokterTanamanIPB #PTNkeren #IPBuniversity #TanamanObat